Dalam artikelnya berjudul Sriwijaya Air crash places Indonesia's aviation safety under fresh spotlight, Reuters memberitakan catatan keselamatan udara Indonesia telah mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir.
Salah satunya dengan menerima evaluasi yang baik dari badan penerbangan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 2018.
"Kecelakaan hari Sabtu tidak ada hubungannya dengan MAX."
"Tetapi Boeing sebaiknya memandu Indonesia - yang memiliki catatan keselamatan udara buruk - untuk memulihkan kepercayaan pada industri penerbangannya," kata Shukor Yusof, kepala konsultan penerbangan yang berbasis di Malaysia kepada Reuters.
Pihak berwenang menemukan perekam data penerbangan pesawat Sriwijaya dan perekam suara kokpit pada hari Minggu.
Tetapi para ahli mengatakan masih terlalu dini untuk menentukan faktor-faktor yang bertanggung jawab atas jatuhnya pesawat yang berusia hampir 27 tahun itu.
Beragam faktor
Sementara, Bloomberg lewat artikel berjudul Jet Crash Adds to Long List of Aviation Disasters in Indonesia, membahas soal catatan keamanan penerbangan yang buruk di Indonesia.
Melansir Bloomberg, pakar asing menilai, ada beberapa penyebab seringnya pesawat di Indonesia jatuh. Pertama adalah usia pesawat.
Menurut data armada di Planespotters.net, usia rata-rata armada Boeing Sriwijaya adalah sekitar 17 tahun.
Perhitungan Bloomberg menunjukkan, tidak termasuk Boeing 737-900 yang melakukan penerbangan pertamanya pada tahun 2014, usia armada rata-rata mencapai hampir 19 tahun.
Bandingkan dengan usia rata-rata armada PT Garuda Indonesia yaitu 8,3 tahun.
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR