Intisari-Online.com - Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI AL menjadi
salah satu pasukan khusus Indonesia yang diterjunkan dalam operasi
gabungan pencarian pesawat Sriwijaya Air SJ182 saat ini.
Seperti diketahui, kecelakaan pesawat dari maskapai penerbangan Sriwijaya Air tengah menjadi duka bagi Indonesia.
Insiden yang dialami pesawat yang mengangkut 62 orang tersebut terjadi
pada Sabtu (9/1/2021) kemarin.
Pencarian korban dan puing-puing pesawat terus dilakukan dengan mengerahkan tim gabungan dari berbagai lembaga instansi, termasuk dari TNI.
Pencarian telah membuahkan beberapa hasil, salah satunya penemuan serpihan yang berasal dari pesawat Sriwijaya Air oleh Kopaska.
"Di dalam laut ada serpihan pesawat, pesawat hancur total," kata Mayor
Laut Edi Tirtayasa, anggota penyelam Kopaska di tengah operasi
pencarian.
Kopaska sendiri merupakan bagian dari pasukan khusus yang dimiliki oleh TNI Angkatan Laut.
Berbicara tentang Kopaska, pasukan khusus ini telah terlibat dalam berbagai operasi, salah satunya operasi pembebasan Papua Barat atau yang juga dikenal sebagai Trikora.
Kopaska dibentuk pada 31 Maret 1961, di mana saat itu para 'manusia
katak' tak punya waktu untuk berleha-leha, karena langsung diberi tugas
berat dalam operasi militer Trikora.
Misi pertama yang mereka emban tak main-main, ialah menenggelamkan
kapal induk milik Belanda, Hr.Ms. Karel Doorman yang sedang sandar di
Hollandia (Irian).
Misi tersebut rencananya akan memakai cara torpedo berjiwa, yakni
sebuah torpedo yang sudah dimodifikasi agar bisa dikendalikan orang
yang naik di atasnya.
Dengan begitu, torpedo akan lebih presisi ketika menghantam lambung kapal.
Namun, tugas tersebut menjadi misi ala 'kamikaze' bunuh diri bagi anggota
Kopaska karena dapat ikut meledak ketika menubrukkan torpedo ke kapal
Karel Doorman.
Untuk diketahui, Kamikaze yang umumnya dikenal sebagai serangan
bunuh diri, merupakan salah satu taktik paling menakutkan yang
dilakukan pasukan Jepang selama Perang Dunia II.
Dalam serangan kamikaze, seperti yang dilakukan pilot Jepang kala itu, akan
mencoba untuk menabrakkan pesawat mereka ke kapal musuh dalam apa
yang disebut "serangan tubuh" di pesawat yang sarat dengan bom,
torpedo atau bahan peledak lainnya.
Sementara itu, misi ala 'kamikaze' yang dilakukan Kopaska untuk menenggelamkan kapal induk Belanda akhirnya urung dilaksanakan, kenapa?
Hal itu karena Belanda dan Indonesia terlanjur menandatangani gencatan
senjata untuk selanjutnya menyerahkan Irian Barat kepada Ibu Pertiwi
melalui PBB.
Namun, Torpedo ternyata tetap digunakan oleh Kopaska untuk melakukan
operasi penyusupan yakni dengan menggunakan torpedo yang kosong.
Torpedo tanpa bahan peledak itu ‘diisi’ personel Kopaska dan kemudian
diluncurkan ke laut bak kapal selam mendekati kapal musuh.
Setelah dekat personel Kopaska diam-diam keluar untuk melancarkan misi
tempurnya.
Operasi mengunakan torpedo untuk mengangkut pasukan itu sebenarnya
cukup rumit dan beresiko tinggi serta hanya pasukan sangat terlatih yang
bisa melakukannya.
Human torpedo buatan TNI AL (ALRI) sendiri berbeda dibanding human torpedo
buatan AL Italia dan AL Inggris. Dalam sejarahnya, 'torpedo manusia'
pertama kali dioperasikan oleh AL Italia semasa Perang Dunia I yang
terjadi pada 1914-1918.
Human torpedo ala ALRI berupa perahu kecil yang dikendalikan prajurit
dan di bagian ujungnya diikatkan torpedo yang biasa diusung kapal selam.
Cara penggunaannya adalah kapal dikendalikan menuju kapal musuh dan
sebelum terjadi benturan prajurit pengendali sudah melompat terlebih
dahulu ke air.
Baca Juga: Ada yang Pecahkan Rekor! Simak 20 Maskapai Teraman di Dunia Berikut Ini
Selain operasi Trikora, masih banyak lagi misi-misi yang dijalankan Kopaska, seperti melaksanakan operasi pembebasan MV Sinar Kudus yang disandera Perompak Somalia.
Saat ini, Kopaska terbagi dalam dua Komando yang berada di Ujung Surabaya dan Satuan Pasukan Katak Armabar di Jakarta Utara.
Untuk menjadi anggota satuan yang memiliki semboyan "Tan Hana Wighna Tan Sirna" (Tak ada rintangan yang tak dapat diatasi) ini persyaratannya sangatlah berat.
Calon Kopaska atau acap kali disebut siswa Pendidikan Komando Pasukan Katak (Dikkopaska) harus melalui tahapan-tahapan pendidikan macam tes ketahanan air, psikotest khusus, kesehatan khusus bawah air dan berbagai tes jasmani serta lainnya.
(*)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?
Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR