Bagi Jepang kontrol semacam itu merupakan masalah karena mereka ingin bebas mengembangkan senjata dan sensor udaranya sendiri dan mengintegrasikannya.
Jepang sebelumnya tercatat pernah hendak memilih yang ditawarkan AS: F-4 Phantom pada akhir 1960-an dan F-15 Eagle pada akhir 1970-an.
Namun, AS menolak memasok F-22 Raptor karena alasan yang rahasia.
Akhirnya kementerian pertahanan menghasilkan keputusan bahwa Jepang harus mengoperasikan pesawat tempur bermesin ganda yang sangat besar untuk beri jangkauan dan daya tahan yang cukup.
Jepang bisa membeli jet tempur kecil tapi akan lebih boros menggunakan bahan bakar, membuat jet tempur yang nantinya tersedia di stasiun lebih sedikit.
Akhirnya dihasilkanlah F-X yang memiliki ukuran sangat besar, total berat kosong 19,7 ton.
Sampai-sampai, jet tempur ini dijuluki Godzilla.
Dibutuhkan waktu lama bagi Jepang mencari mitra membangun jet tempur itu, dan awalnya akan dibangun bersama Tempest Inggris lewat Boeing, tapi akhirnya Lockheed Martin mengambil kesempatan tersebut.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?
Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini
Penulis | : | Maymunah Nasution |
Editor | : | Maymunah Nasution |
KOMENTAR