Tidak hanya itu, nilai untuk penambang bijih besi kecil-kecilan di Australia telah melonjak juga di bursa Australia selama beberapa bulan terakhir.
Hal ini terjadi akibat dari harga tinggi.
Pakar dan CISA memprediksi jika untuk tahun depan, permintaan China untuk bijih besi akan turun karena stimulus pandemi mulai berpengaruh.
Selanjutnya, tambang akan memotong produksi karena keuntungan rendah dan sumber bijih besi untuk China kedua, yaitu Brasil, akan melanjutkan produksi penuh.
Hal ini justru akan menyebabkan harga yang rendah, karena permintaan pun juga tidak tinggi.
Satu-satunya pencegah hal ini adalah harga produk turunan bijih besi yang bisa membuat harga bervariasi.
Senin lalu, bijih besi berjangka di Dalian Commodity Exchange China mencapai rekor tertinggi 1135 yuan atau 173,69 Dolar AS per ton (Rp 2,4 Juta).
Harga itu meningkat setelah terjadinya tanah longsor di tambang milik Brasil Vale SA.
Penulis | : | Maymunah Nasution |
Editor | : | Maymunah Nasution |
KOMENTAR