Pembicaraan itu membahas mengenai bagaimana mengontrol harga bijih besi.
Peningkatan harga bijih besi meningkat dari 160 Dolar AS per ton (Rp 2,2 Juta) mencapai 161,5 Dolar AS per ton (Rp 2,3 Juta) Senin lalu.
Padahal, minggu lalu harganya sempat turun mencapai 153 Dolar AS per ton (Rp 2,1 Juta).
Mengutip South China Morning Post, analis membeberkan mengapa harga bijih besi bisa meningkat padahal penjualan bijih besi terkendala.
Hal ini karena koreksi di tahun mendatang, seiring dengan permintaan China untuk pembuatan baja diharapkan meningkat.
Meski begitu hal ini masih bisa gagal karena ada spekulasi liar melalui perdagangan turunan bijih besi.
Sehingga dalam jangka waktu pendek, meskipun China menolak bijih besi mereka, Australia masih bisa menjualnya dalam harga mahal.
Deloitte Access Economics dalam analisisnya untuk hasil budget Australia minggu lalu, mengatakan jika konflik itu telah menjadi sumber rejeki yang membuat nyaman Australia.
Penulis | : | Maymunah Nasution |
Editor | : | Maymunah Nasution |
KOMENTAR