Awalnya Dikira Ogah Gunakan Vaksin Covid-19 dari China, Negara Asia Tenggara Ini Ungkapkan Alasan Sebenarnya, 'Kami Bukan Tempat Pengujian Vaksin'

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Penulis

Ilustrasi pengadaan vaksin virus corona.
Ilustrasi pengadaan vaksin virus corona.

Intisari-online.com - Seperti kita tahu, beberapa waktu ini Indonesia telah mendatangkan vaksin dari China.

Vaksin tersebut adalah Vaksin Sinovac, yang dibuat oleh China.

Meski dianggap sebagai solusi untuk mengatasi pandemi Covid-19, nyatanya banyak pro dan kontra yang muncul.

Banyak pihak yang meragukan kemampuan vaksin ekperimental buatan China tersebut.

Baca Juga: Empat Penyakit Ini Mungkin Anda Remehkan, Salah Satunya Jadi Penyakit yang Ditakuti Saat Kanak-kanak, Namun Karena Vaksin Dampaknya Bisa Diperkecil Kemungkinan Tingkat Keparahan

Bahkan pihak China sendiri juga mendatangkan vaksin dari Jerman untuk memenuhi kebutuhan vaksinnya.

Selain itu, beberapa negara barat seperti Amerika juga memblokir vaksin buatan China.

Bahkan ada beberapa negara Asia yang juga terang-terangan mengaku meragukan kemampuan vaksin Covid-19 buatan China tersebut.

Salah satunya adalah negara dari Asia Tenggara yaitu Kamboja.

Baca Juga: Bolsonaro, Oh, Bolsonaro, Sudah Ogah Disuntik, Sekarang Sebut Vaksin Covid-19 Bisa Ubah Manusia Jadi Buaya dan Bikin Wanita Jadi Berjenggot

Menurut 24h.com.vn Perdana Menteri Kamboja, Hun Sen mengumumkan bahwa dia hanya menerima vaksin yang disetujui oleh WHO.

Perdana Menteri Kamboja Hun Sen baru-baru ini mengumumkan bahwa negaranya akan memesan batch pertama vaksin Covid-19 melalui Covax.

Sebuah program yang membantu 92 negara berpenghasilan rendah mengakses vaksin, menurut SCMP.

Bahkan program yang disponsori WHO tidak menggunakan vaksin Sinovac China .

Hun Sen mengatakan dia hanya akan menerima vaksin Covid-19 yang disetujui WHO.

"Kamboja bukan tempat sampah, juga bukan tempat pengujian vaksin," kata Perdana Menteri Kamboja.

Sehari setelah komentar Hun Sen, Kementerian Kesehatan Kamboja menjelaskan, bukan berarti Kamboja menolak vaksin China.

Seorang juru bicara Kementerian Kesehatan Kamboja mengatakan bahwa outlet media salah menafsirkan pernyataan Hun Senuntuk tidak membeli vaksin China.

Baca Juga: Pantas Saja Rakyat Timor Leste Menderita dan Kesulitan Kerja, Ternyata Orang China Nyaris Menguasai Ekonomi di Timor Leste, Penduduk Asli yang Kena Imbasnya

Meskipun Kamboja tidak menyebutkan nama medianya, SCMP berspekulasi bahwa media itu adalah majalah Nikkei Asian.

Nikkei baru-baru ini menerbitkan editorial yang menyatakan bahwa pernyataan di atas berarti Kamboja menolak vaksin dari China.

Sophal Ear, seorang profesor Kamboja-Amerika yang berspesialisasi dalam diplomasi dan urusan dunia di Occidental College di Los Angeles, AS.

Mengatakan Kamboja harus menjelaskan karena tidak ingin membuat marah China.

Sovinda Po, seorang peneliti di Institut Kamboja untuk Kerjasama dan Perdamaian, berbicara tentang tiga alasan mengapa Kamboja berhati-hati dengan vaksin Covid-19 China.

Pertama, permintaan vaksin Kamboja tidak begitu mendesak.

Situasi epidemi Covid-19 di Kamboja tidak terlalu buruk. Kamboja saat ini mencatat 362 kasus infeksi dan tidak ada kematian akibat Covid-19.

"Meskipun Kamboja semakin dekat dengan China, langkah-langkah ini diperhitungkan dengan cermat dan jangan anggap bahwa Kamboja akan selalu mendengarkan China," kata Po.

Baca Juga: Babi di Peternakan Kamboja Besar Berotot, Pecinta Hewan Justru Sebut Praktik Itu Sangat Kejam dan Mengerikan, Mengapa?

Kimkong Heng, seorang peneliti Kamboja di University of Queensland, Australia, mengatakan pernyataan Hun Sen tidak secara spesifik menyebut vaksin China.

Hun Sen baru saja mengatakan negara itu tidak mengizinkan negara mana pun untuk menguji vaksin di Kamboja.

"Ini adalah pernyataan cerdas yang menunjukkan pemahaman tentang tahap pengembangan vaksin," kata Heng, mengatakan Hun Sen masih bisa berubah pikiran tergantung pada kemajuan vaksin China.

"Untuk saat ini, dia bisa duduk diam dan menunggu dan mengatakan hal-hal yang baik. Tapi di masa depan, akan sulit untuk menolak vaksin Covid-19 gratis dari China," kata Heng.

Artikel Terkait