Menjelang Lengsernya Presiden Soekarno, Ternyata Soeharto Diam-Diam Pernah Temui Istri Bung Karno Sampai Membuat Sang Presiden Meradang, Rupanya Ini yang Dibicarakan

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Pertemuan itu sempat membuat Soekarno meradang hingga istri Soeharto, Bu Tien terbakar cemburu, apa yang mereka bicarakan.
Pertemuan itu sempat membuat Soekarno meradang hingga istri Soeharto, Bu Tien terbakar cemburu, apa yang mereka bicarakan.

Intisari-online.com - Terkuak Alasan Soeharto Temui Istri Soekarno Diam-diam, Sang Presiden Sempat Meradang, Tien Cemburu

Pernah terjadi saat Soeharto menemui istri Presiden Soekarno (Bung Karno) diam-diam.

Pertemuan itu sempat membuat Soekarno meradang hingga istri Soeharto, Bu Tien terbakar cemburu.xAlasan di balik pertemuan itu pun lalu terkuak.Baca Juga: (Foto) Inilah Kawah Candradimuka Pasukan Khusus Pertama AS, Sangat Keras Gara-gara Presiden Sebut Mereka Belum Siap Tempur

Simak kisahnya berikut ini:

Seperti diketahui, kekuasaan Soekarno memasuki senjakala pada tahun 1965.

Beberapa peristiwa besar pun terjadi.

Satu di antaranya adalah peristiwa Gerakan 30 September.

Kala itu peristiwa 1965 benar-benar telah mempengaruhi kestabilan politik dan keamanan Indonesia.Baca Juga: Penyakit Misterius Muncul di India, 140 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit, Gejalanya dari Sensasi Mata Terbakar hingga MuntahPresiden Soekarno tak tinggal diam dan bertanggung jawab mengusut tuntas hal itu.

Melalui Supersemar, Soekarno selaku presiden RI memerintahkan Mayjen Soeharto selaku Pangkopkamtib agar mengambil tindakan yang dianggap perlu untuk mengatasi situasi keamanan.

Soeharto lantas bergerak melaksanakan perintah pemulihan keamanan sesuai yang diinstruksikan padanya.

Semua orang yang dekat dengan Bung Karno diinterogasi perihal Gerakan 30 September (G30S).

Termasuk istri Soekarno yang berasal dari Jepang, Ratna Sari Dewi Soekarno.

Namun tak mudah bertemu dengan Dewi Soekarno.

Soeharto harus berhati-hati dalam bertindak.

Dilansir dari Surya (grup TribunJatim.com), maka diperintahkannya Brigjen TNI Yoga Sugomo selaku asisten I (Intelijen) Kostrad bersama dengan Martono untuk merancang sebuah pertemuan rahasia dengan Dewi Soekarno.

Soeharto dan Ratna Sari Dewi direncanakan bertemu pada 20 Maret 1966 di lapangan golf Rawamangun, Jakarta Timur.

"Tidak mudah mengatur pertemuan itu karena Dewi adalah istri presiden. Oleh karena itu, diusulkan agar pertemuan dilakukan secara tidak resmi.

Rencananya, Soeharto akan bertemu dengan Dewi di lapangan golf," kata Yoga yang dikutip dari buku biografinya, Jenderal Yoga : Loyalis di Balik Layar.Baca Juga: Temui Kejeniusan George Soros Milyader Yahudi yang Konon Mampu Picu Krisis Keuangan Dunia Setelah Tercatat Pernah Runtuhkan Ekonomi Indonesia dan Kacaukan Ekonomi AsiaTujuan pertemuan itu untuk mengorek informasi, kebijakan, serta kegiatan Soekarno sebelum detik-detik G30S terjadi.

Dewi awalnya tak tahu pertemuannya dengan Soeharto amatlah penting.

Namun akhirnya Dewi menyadari bahwa kepemimpinan Soekarno sudah habis dan kalah.

Dalam pertemuan itu, Soeharto memberi tiga pilihan kepada Dewi untuk dipilih oleh Soekarno.

Pertama, segera pergi keluar negeri untuk istirahat tanpa ada lagi urusan politik di Indonesia.

Kedua, tetap di Indonesia tapi sebagai presiden yang tak lagi punya wewenang alias cuma sebutan saja.

Ketiga, Soekarno mengundurkan diri secara total sebagai presiden.

"Belakangan Dewi memberi kesaksian kepada saya bahwa begitu mendengar tiga opsi saran Soeharto itu, dia baru menyadari bahwa dia dan suaminya telah kalah dalam permainan," kata Aiko Kurasawa seorang sejarawan asal Jepang.

Di samping itu, ternyata Ibu Tien mengetahui bahwa Soeharto melakukan pertemuan secara diam-diam dengan Dewi Soekarno, ia pun dibakar api cemburu.

Akhirnya Ibu Tien mendiamkan Soeharto beberapa hari lantaran tindakan suaminya itu.

"Aduh, buat apa sih dipertemukan segala. Itu Bu Harto jadi marah," kata Probosutedjo, adik Soeharto, dalam bukunya berjudul Probosutedjo : Saya dan Mas Harto.

Tak hanya Bu Tien, ternyata Soekarno juga mengetahui pertemuan tersebut dan marah karena mengira Soeharto hendak menculik Ratna Sari Dewi.

"Tidak jelas mengapa rencana yang sudah diatur sangat rahasia itu bocor. Tentu saja, info tersebut sampai kepada presiden dengan penafsiran yang sudah keliru," kata Yoga Sugomo

Turunnya Presiden Soekarno merupakan awal dari melesatnya karir Soeharto.Baca Juga: Pergoki Suaminya Lakukan Ini di Kursi dengan Karyawannya di Salon, Istri Sah Ngamuk Ambil Gunting dan Cukur Rambut si WanitaNamun, untuk meraih pangkat hingga Jenderal Besar lima, Soeharto harus melalui perjuangan keras.

Dilansir dari Nakita, karir militer Soeharto berawal saat menjadi prajurit KNIL (1942) atau tentara kerajaan Hindia Belanda.

Saat Jepang menduduki Indonesia dan Belanda menyatakan menyerah, Soeharto bergabung dalam prajurit PETA (Pembela Tanah Air).

Begitu Jepang kehilangan kekuasaan dan Indonesia memasuki masa transisi revolusi untuk mempertahankan kemerdekaan, Soeharto yang sudah memiliki keterampilan bertempur langsung bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR).

Sebagai anggota TKR yang kemudian menjabat Batalyon X, Soeharto terlibat dalam berbagai pertempuran sengit melawan pasukan Sekutu dan Belanda.

Pasukan Sekutu yang datang ke Indonesia pasca proklamasi 1945 itu bertugas melucuti tentara Jepang sekaligus mengambil alih kekuasaan RI ke tangan kolonial Belanda.

Soeharto saat itu berpangkat Letkol, pernah terlibat dalam beberapa pertempuran besar di kawasan Banyubiru, Ambarawa (Palagan Ambarawa), dan serbuan dadakan ke kota Yogyakarta yang kemudian dikenal dengan Serangan Umum 1 Maret 1949 atau Enam Jam Di Yogya.

Pasca kemerdekaan, Soeharto tetap memiliki peran yang penting dalam lingkup militer (TNI).

Soeharto kemudian mengemban amanah sebagai Paglima Mandala untuk membebaskan Irian Barat dan sekaligus penumpasan Gerakan 30 September (Gestapu), pada dekade yang sama, Soeharto juga menjabat sebagai Pangkostrad.

Irian Barat kembali ke pangkuan RI pada 1 Mei 1963 dan Gestapu berhasil diredam pada Oktober 1965.

Maret 1967, Soeharto dikukuhkan sebagai presiden ke-2 RI menggantikan Soekarno yang dituntut mundur oleh mahasiswa dan masyarakat pada Juli 1966.

Soeharto kemudian menjadi presiden RI dengan berbagai gejolak politik dan ekonomi yang turut mewarnai hingga 21 Mei 1998.

Sebagai seorang militer yang telah kenyang berbagai pertempuran besar, Soeharto pernah dianugerahi kehormatan tertinggi sebagai Jenderal Besar TNI.

Ia wafat pada 27 Januari 2008 dan dimakamkan dengan upacara kebesaran militer di Astana Giri Bangun, Solo, Jawa Tengah.Artikel ini pernah tayang di Tribun Jatim dengan judul Terkuak Alasan Soeharto Temui Istri Soekarno Diam-diam, Sang Presiden Sempat Meradang, Tien Cemburu

Artikel Terkait