Sementara editorial di Global Times Juni lalu memperingatkan bahwa "Australia akan membayar harga tak tertahankan" jika mereka terlalu dekat dengan kebijakan luar negeri AS.
Hubungan sendiri memburuk sejak 2018, Australia menolak 5G dari Huawei, dan mengkritik perlakuan Uighur di Xinjiang, tekanan demokrasi di Hong Kong dan aktivitas militer mereka di Laut China Selatan.
Namun sejak Perdana Menteri Australia meminta investigasi internasional untuk mencari asal-usul virus Corona, China tidak bisa tinggal diam.
Periode 2019-2020, 39% barang ekspor Australia melayang ke China tapi hanya 1,9% barang China melayang ke Australia.
Kira-kira 12% turis di Australia datang dari China tapi Australia hanya menyumbang 1% turisme China.
Sementara ada 260 murid China terdaftar di Australia pada 2019, dan hanya sedikit murid Australia terdaftar ke China.
Artinya, China tidak begitu memerlukan kemitraan dengan Australia, jika bisa dengan cepat mengganti mereka.
Ini merupakan perang dagang yang tidak bisa dimenangkan Australia, sekarang pertanyaannya berapa banyak kerugian yang bisa mereka tahan.
Penulis | : | Maymunah Nasution |
Editor | : | Maymunah Nasution |
KOMENTAR