Setelah dibebaskan pada tahun 2015, ia tetap tunduk pada jam malam, harus memakai monitor pergelangan tangan, dan dilarang bekerja untuk perusahaan mana pun yang tidak memiliki perangkat lunak pemantauan pemerintah AS pada sistem komputernya.
Selain itu, dia dilarang bepergian ke luar negeri.
Pembatasan tersebut, kata pengacaranya, telah menjadi "hambatan yang tidak dapat diatasi pada kemampuan Tuan Pollard untuk mencari nafkah."
Israel meskipun telah berulang kali menekan Washington untuk pembebasan Pollard, yang adalah seorang Yahudi, menjadikannya salah satu masalah utama dalam hubungan bilateral.
"Kami bersyukur dan senang bahwa klien kami akhirnya bebas dari batasan apa pun, dan sekarang menjadi orang bebas dalam segala hal."
"Kami berharap dapat melihat klien kami di Israel," kata pengacaranya, Eliot Lauer dan Jacques Semmelman, dalam sebuah pernyataan.
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR