Advertorial
Intisari-Online.com - Selama dua dekade melepaskan diri dari Indonesia, Timor Leste menjadi negara termiskin dan terbelakang di dunia.
Seperti diketahui, Timor Leste pernah menjadi bagian dari Indonesia antara tahun 1975 hingga 1999.
Namun kemudian Timor Leste memilih melepaskan diri melalui referendum dan hingga kini masih menjadi negara paling miskin di dunia.
Melepaskan diri dari Indonesia sejak September 1999, tapi Timor Leste baru diakui sebagai negara sendiri pada tanggal 20 Mei 2002.
Kemudian, setelah berdiri sendiri sebagai negara, bukannya makin makmur, Timor Leste justru mengalami kesulitan.
Saat ini Timor Leste masih sangat bergantung dengan minyak bumi di Laut Timor.
Sementara cadangan minyak Timor Leste saat ini diprediksi tak bakal bertahan lama, proyek pembangunan industri minyak dan gasnya pun masih susah payah dilanjutkan.
Kekayaan alam Timor Leste ternyata tidak memberikan kesejahteraan sepenuhnya ke rakyat.
Pertumbuhan ekonomi Timor Leste kian terpuruk dan pengangguran besar-besaran mengancam negeri miksin itu. Belum lagi ancaman kekurangan pangan.
Mengutip Kompas.com, berdasarkan dari laporan United Nations Development Programme (UNDP), Timor Leste berada di peringkat 152 negara sebagai negara termiskin di dunia dari 162 negara.
PDB per kapita Timor Leste diperkirakan akan mencapai 2.356 dollar AS atau sekitar Rp 34,23 juta (kurs Rp 14.532) pada Desember 2020.
Masih di bawah pendapatan per kapita Indonesia pada tahun 2019 lalu sebesar 4.174,9 dollar AS atau sekitar Rp 60 juta.
Sejumlah sektor ekonomi Timor Leste sebenarnya masih sangat bergantung pada Australia dan Indonesia, terutama barang-barang impor.
Pada tahun 2019, sebagaimana dilaporkan Bank Dunia, pertumbuhan ekonomi Timor Leste sekitar 4,1 persen di tahun 2020 dan meningkat menjadi 4,9 persen di tahun 2021.
Sementara menurut Bank Dunia, pertumbuhan investasi swasta di Timor Leste itu masih saja melempem dari tahun ke tahun pasca-merdeka, ini terkait dengan stabilitas politik dan ekonomi di negara itu yang masih bergejolak.
Dengan kondisi perekonomian Timor Leste yang demikian, ternyata dari segi biaya hidupnya, bekas wilayah RI ini mencatatkan biaya hidup yang lebih tinggi dari Indonesia.
Melansir numbeo.com (20/10/2020), tercatat biaya hidup di Timor Leste 53,85% lebih tinggi daripada di Indonesia.
Angka tersebut berdasarkan data agregat untuk semua kota, dan sewa tidak diperhitungkan.
Sementara itu, dilaporkan bahwa biaya sewa di Timor-Leste rata-rata 358,19% lebih tinggi daripada di Indonesia .
Numbeo sendiri merupakan sebuah website database terbesar di dunia dengan data kontribusi pengguna tentang kota dan negara di seluruh dunia.
Numbeo memberikan informasi terkini dan tepat waktu tentang kondisi kehidupan dunia termasuk biaya hidup, indikator perumahan, perawatan kesehatan, lalu lintas, kejahatan dan polusi.
Data dari Numbeo juga menunjukkan perbandingan antara biaya hidup di ibu kota Timor Leste, Dili dan ibu kota Indonesia, Jakarta.
Diantara data yang ditunjukkan yaitu harga sewa tempat tinggal, harga restoran, harga bahan makanan, hingga daya beli lokal.
Berbagai indikator tersebut menunjukkan presentase biaya hidup di Jakarta lebih rendah daripada di Dili.
Untuk harga sewa, Jakarta 60,51% lebih rendah dibandingkan di Dili.
Kemudian harga restoran di Jakarta 27,52% lebih rendah, sementara harga bahan makanan di Jakarta 25,69% lebih rendah.
Selanjutnya, daya Beli lokal di Jakarta 350,61% lebih tinggi dibandingkan di Dili.
Rincian perbandingan biaya hidup di Jakarta dan Dili juga dijelaskan dalam rincian harga per item.
Makanan di restoran murah di Dili seharga Rp 59.000, dengan selisih Rp 20.000 lebih mahal daripada Jakarta yaitu Rp 39.000.
Beras di Dili juga memiliki harga yang relatif mahal, yaitu sekitar Rp 28.000. dibanding di Jakarta yang harganya sekitar Rp 13.000.
Demikian juga harga bensin di Timor Leste hampir dua kali lipat di Jakarta, yaitu sekitar Rp 15.500, sementara Jakarta Rp 9.000.
Bahkan, untuk jasa penitipan anak, Dili memiliki tarif yang cukup fantastis per bulannya untuk 1 anak, yaitu sekitar Rp 12,7 Juta, dibanding Jakarta yang tarifnya sekitar Rp 2,1 Juta.
Meski beberapa item seperti bir lokal dan keju lokal memiliki harga yang lebih murah di Dili.
Padahal, data tersebut menunjukkan gaji di Dili jauh lebih rendar daripada di Jakarta.
Rata-rata gaji bersih bulanan (Setelah pajak) di Dili adalah Rp 2.460.750,00 atau 166,67 $.
Sementara rata-rata gaji bersih bulanan Jakarta yaitu Rp 6,717,645,81 atau $ 454,99, perbedaannya 172,99% dibanding Dili.
Tercantum bahwa data biaya hidup tersebut terakhir diperbarui pada September 2020 untuk Dili dan Oktober 2020 untuk Jakarta.
(*)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik disini