Baca Juga: Kisah Pasien Sembuh dari Virus Corona, Cuma Satu Kunci Rahasia agar Bisa Sembuh, Apa Itu?
Profil demografis negara juga menciptakan tekanan ekonomi, karena 70% penduduknya berusia di bawah 30 tahun. Secara struktural, perekonomian tidak dapat mengatasi permintaan akan pekerjaan dan tingginya proporsi kaum muda.
Pekerjaan masih didominasi oleh pertanian subsisten, sumber mata pencaharian bagi lebih dari 70% penduduk di luar Dili.
Negara tidak dapat bergantung pada ekonomi domestik untuk membiayai kegiatannya, tantangan yang diakui secara luas oleh para politisi negara.
Minyak bumi terus memberikan sekitar 85% pendapatan dan pengeluaran tahunan. Pendapatan dalam negeri menyumbang kurang dari 20% belanja
negara.
Padahal, berbagai bidang seperti pertanian, pariwisata, dan manufaktur,
tersebut menjadi cara yang diharapkan menjadi mesin untuk pertumbuhan jangka panjang dan penciptaan lapangan kerja, mempersiapkan masa depan Timor Leste yang mandiri.
Ketika bidang-bidang tersebut yang harusnya mendapat fokus lebih untuk
menjamin masa depan Timor Leste, namun pemerintah Timor Leste masih disibukkan dengan sektor infrastruktur.
Memang infrastruktur juga penting, namun jejak 'bumi hangus' di masa lalu
membuat Timor Leste harus lebih bekerja keras, di mana 80% dari infrastruktur dasar dihancurkan oleh milisi pro-Jakarta, dengan dukungan militer Indonesia, setelah referendum kemerdekaan tahun 1999.
Sehingga, dari miliaran dolar yang diinvestasikan oleh donor internasional
pada tahun-tahun berikutnya, sebagian besar telah digunakan untuk menutupi biaya administrasi lembaga bantuan internasional.
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR