Dilansir BBC Senin (17/2/2020), Conricus menyatakan tidak ada "informasi berharga" yang diambil sebelum plot Hamas terbongkar.
Upaya peretasan itu disebut merupakan yang ketiga dalam beberapa tahun terakhir.
Meski begitu, Conricus mengakui percobaan yang terbaru adalah yang tercanggih.
"Kami mengetahui bahwa mereka jelas belajar dari pengalaman, dan menaikkan kemampuan mereka," jelas Conricus dalam konferensi pers.
Dia menuturkan, si peretas menyamar sebagai gadis muda yang fasih berbahasa Ibrani, di mana dia mengaku sebagai imigran yang punya gangguan penglihatan atau pendengaran.
Setelah meyakinkan si korban, peretas kemudian mengirimkan sebuah tautan dengan dalih agar mereka bisa saling bertukar foto.
Namun, yang sebenarnya diunduh oleh tentara Israel itu merupakan malware, program yang bisa menyerang komputer maupun ponsel.
Begitu tautan itu diunduh, secara otomatis program akan menempatkan virus yang memberi akses bagi peretas data korban, termasuk lokasi hingga kontak di telepon.
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR