Di tahun yang sama, Netanyahu mengatakan bahwa negara Azerbaijan telah membeli senjata dari Israel senilai 5 miliar dolar.
Termasuk dari pembelian tersebut adalah pesawat tanpa awak dan sistem satelit.
Setahun kemudian, Institut Riset Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI), sebuah kelompok yang ahli dalam konflik bersenjata, melaporkan jika Baku telah membeli 127 juta Dolar dalam teknologi militer.
Institut tersebut juga laporkan bahwa selama tahun 2006 sampai 2019, Azerbaijan habiskan sebanyak 825 juta Dolar atas senjata, termasuk drone, amunisi, rudal anti tank dan peluncur rudal permukaan.
Tahun 2012, Institut tersebut sudah membicarakan mengenai akuisisi senjata oleh dua negara, yang indikasikan risiko tinggi kelanjutan konflik di wilayah tersebut.
Lebih lanjut lagi, dalam video wawancara dengan situs berita Israel, Walla, Rabu ini, ajudan presiden Azerbaijan Hikmat Hajiyey mengatakan Azerbaijan menggunakan "beberapa" drone buatan Israel dalam perang di Nagorno-Karabakh, tanpa sebutkan berapa banyak jumlahnya.
"Kami memiliki salah satu drone terkuat di wilayah ini. Dan salah satunya dari Israel, ada juga drone lain tapi drone Israel paling istimewa, termasuk drone penyerangnya, serta drone kamikaze 'Harop' yang terbukti sangat efektif," papar Hajiyec.
Persekutuan ini juga didasarkan atas sejumlah faktor geostrategi: pertama yaitu ancaman hilangnya kontrol politik Azerbaijan di Nagorno-Karabakh dan perlunya mereka mengubah situasi dengan program militer yang tangguh.
Penulis | : | Maymunah Nasution |
Editor | : | Maymunah Nasution |
KOMENTAR