"Timor-Leste telah berubah dari negara yang tidak memiliki kapasitas pengujian nasional, tidak memiliki fasilitas isolasi dan karantina yang teridentifikasi dan kapasitas pengawasan terbatas menjadi negara dengan fasilitas pengujian dalam negeri dan isolasi fungsional serta karantina Covid-19 yang berfungsi," kata Dr Viegas.
Penduduk Timor juga memainkan peran penting dalam melawan virus, tambahnya.
"Sungguh luar biasa melihat tingkat kepatuhan yang tinggi terhadap langkah-langkah pencegahan seperti penutupan wajib dan jarak fisik dalam pengaturan komunal dan pembatasan perjalanan dan mobilitas," kata Dr Viegas.
"Komunitas perbatasan dan kepala desa kami membantu pengawasan komunitas dengan memberikan informasi segera tentang masuknya ilegal di sepanjang perbatasan kami dengan Indonesia sehingga petugas kesehatan dapat mengambil tindakan tepat waktu," imbuhnya.
Maria Carmen Alianca Ximenes Pereira (38), seorang karyawan hotel di Dili mengatakan kepada Telegraph bahwa ketika kasus pertama diumumkan, orang-orang ketakutan dan langsung tinggal di rumah, menggunakan masker dan mencuci tangan secara teratur.
Salah satu hal pertama yang dia perhatikan adalah bahwa jalanan langsung berubah sepi karena pengendara sepeda motor dilarang membawa penumpang dan mobil pribadi hanya bisa memuat tiga orang terbatas.
Banyak penduduk Dili kembali ke desa asal mereka untuk menghindari pandemi.
"Tidak ada seorang pun di Dili, hanya tinggal beberapa orang. Mungkin itu sebabnya kami tidak memiliki banyak kasus virus korona," kata Pereira.
Sekitar 70 persen penduduk Timor-Leste tinggal di daerah pedesaan di desa-desa yang tersebar, terisolasi satu sama lain oleh medan pegunungan dengan kondisi jalan yang buruk.
Source | : | The Telegraph |
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR