Tangisan dan permintaan maaf Kim sama sekali bukan hal yang aneh dari karakternya.
Di antara warganya, ia digambarkan sebagai orang yang perhatian dengan warganya.
Kim sering kunjungi warga Korea Utara, tersenyum bersama mereka dan bahkan memeluk para warganya, kontras dengan ayahnya, Kim Jong-Il.
Juga tidak seperti ayahnya, Kim telah bersedia mengakui kesalahannya, mulai dari peluncuran satelit ke agenda ekonomi.
Ia juga bersedia belajar dari kesalahannya.
Hal tersebut tentu saja berpengaruh dalam propagandanya, menghapus stigma bahwa keluarga Kim seperti yang digambarkan oleh media pemerintah, tapi hal itu juga menguntungkan potret Kim sebagai pemimpin yang lebih modern.
Menangis di depan umum, meski begitu, bukan tingkat kelemahan yang direncanakan Kim untuk ia capai.
John Delury, profesor di Universitas Yonsei untuk Hubungan Internasional, mengatakan ia yakin keputusan Kim untuk membagikan emosi mentah secara publik berasal dari kepercayaan dirinya terkait posisinya.
Source | : | CNN |
Penulis | : | Maymunah Nasution |
Editor | : | Maymunah Nasution |
KOMENTAR