Ada banyak orang di sini, meliputi jurnalis yang baru saja meninggalkan Stepanakert, beberapa pengungsi dari desa-desa dekat dengan perbatasan Azerbaijan, relawan dalam perjalanan menuju zona perang.
Beberapa perempuan menangis, sedih karena kehilangan rumah.
Sementara lainnya, lebih tenang dan berdiskusi secara tenang kapan mereka mungkin bisa kembali.
Beberapa pria merokok di pintu ruang bawah tanah, berpura-pura tidak merasa takut.
Mereka mengeklaim bahwa, meski diberitahu untuk berlindung, tapi pemboman sebenarnya jauh di Stepanakert.
Tak lama setelah mereka menuntaskan perkataannya, sebuah bom meledak tak jauh dari tempat mereka berada.
Mereka langsung bersembunyi di ruang bawah tanah bersama yang lain.
Ini adalah situasi yang mengerikan, namun dunia diam
Sebuah kota kuno Shusha berjarak sekitar 10-15 menit perjalanan dari Stepanekaret.
Ibu kota Nagorno-Karabakh, Stepanakert, terletak di lembah, sementara Shusha berada di dataran tinggi.
Kota itu lebih jarang dibom, namun ketika terjadi pengeboman, sangat sulit untuk mencari perlindungan.
Pada Minggu, sebuah pusat budaya di Susha tempat beberapa pengungsi bersembunyi terkena peluru.
Pihak berwenang Nagorno-Karabakh mengklaim bahwa setidaknya 4 warga sipil tewas hari itu, di Shusha dan Stepanakert.
Orang-orang dapat melihat Stepanakert dari Shusha dengan sangat baik.
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR