Baca Juga: Temui Kapal Selam Kelas Fateh Iran, Seberapa Canggih dan Mematikan?
Melansir The Conversation (28/8/2019), Terlepas dari peningkatan besar dalam hubungan bilateral antara kedua negara, ada beberapa poin perdebatan yang tersisa.
Itu berasal dari masalah lama yang berkaitan dengan sengketa wilayah perbatasan laut Timor Leste dan Australia tempat ladang minyak berada.
Seperti diketahui, sebuah skandal mata-mata Australia sempat menggemparkan dunia internasional beberapa tahun silam. Timor Leste sempat membawa masalah ini ke pengadilan internasional.
Meski akhirnya Timor Leste mencabut kasus tersebut, penuntutan oleh Australia terhadap Saksi K dan pengacaranya Bernard Collaery dalam kasus whistleblower spionase masih berlanjut.
Hal itu dikecam oleh Jose Ramos Horta dan mantan pemimpin Timor-Leste lainnya, Xanana Gusmão.
Gusmao sempat mengindikasikan bahwa dia akan muncul sebagai saksi untuk memberikan bukti atas nama keduanya, meningkatkan potensi mempermalukan Australia lebih lanjut.
Sementara beberapa aktivis politik di Australia dan Timor-Leste juga sempat menyerukan agar Canberra membayar kembali pendapatan minyak dan gas yang telah diterimanya dari JPDA sejak perjanjian perbatasan ditandatangani pada 2018, dan saat itu menuduh Australia menunda ratifikasi.
Bagaimanapun, LSM Timor menunjuk pada pertanyaan yang jauh lebih besar tentang pendapatan hingga US $ 5 miliar yang telah diterima Australia sejak tahun 2002, ketika perjanjian bagi hasil dimulai.
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR