Armenia percaya bahwa akhir dari perang itu tergantung pada penduduk setempat sendiri untuk memutuskan, suatu sikap yang telah lama memecah belah Yerevan dan Baku.
Armenia dan Azerbaijan pertama kali bertempur setelah runtuhnya Kekaisaran Rusia selama Perang Dunia I, ditambah lagi ketika Uni Soviet runtuh pada 1980-an dan 1990-an.
Saat itu, ada puluhan ribu orang tewas dalam bentrokan yang paling mematikan.
Sejak itu, mereka telah berdebat secara sporadis dalam beberapa dekade, hingga kekerasan terburuk terjadi saat pertempuran baru meletus pada Sabtu lalu (26/9/2020).
Pada keesokan harinya, Avetisyan kembali ke kampung halamannya, setelah dari Washington.
Avetisyan menggambarkan situasinya kepada Newsweek dari ibu kota Nagorno-Kabarakh, Stepanakert, ketika sirene serangan udara meraung menjadi latar suara kehidupan di sana.
"Jika dunia sedang mempertimbangkan keterlibatan 'sebelum pertempuran meningkat menjadi perang skala besar'. Ini adalah perang skala besar, dan keterlibatan praktis dunia yang beradab dan reaksinya, sudah lama tertunda," ungkapnya.
Roket menghujani beberapa saat kemudian, seperti yang dia ceritakan, itu memaksanya untuk berlindung.
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR