Kembali pada tahun 1961, Skuadron No. 30 RAAF direformasi dan dilengkapi dengan rudal permukaan ke udara Bloodhound Mk I.
Selubung penerbangan Bloodhound lebih cocok untuk intersepsi ketinggian tinggi jarak pendek daripada Sabre, jadi pada suatu waktu pada tahun 1964 keputusan dibuat untuk memindahkan detasemen Bloodhounds ke Darwin.
Ini melibatkan operasi darat, laut dan udara yang kompleks untuk mengangkut dan memasang sistem rudal permukaan ke udara yang beroperasi penuh di samping Unit Kontrol dan Pelaporan No. 2 di Lee Point.
Bagian dari sistem Bloodhound adalah radar presisi yang juga memiliki kemampuan pencarian yang mengatasi sebagian besar kekurangan 2CRU.
Sistem ini mulai beroperasi pada pertengahan 1965 dan tetap beroperasi hingga akhir 1968 ketika Bloodhound ditarik dari layanan.
Meskipun iklim politik membaik pada tahun-tahun itu, 30 SQN dipanggil untuk beroperasi penuh dalam banyak kesempatan, yang terakhir hanya beberapa minggu sebelum ditutup.
Tidak ada yang menyangka, fakta bahwa skuadron RAAF 75 & 76, termasuk Skuadron SAM No. 30, pernah dikerahkan ke Darwin untuk berperang dengan Indonesia.
Untungnya meski Inggris telah menyiapkan senjata nuklirnya, mereka pada akhirnya tidak pernah sekalipun menjatuhkannya ke Indonesia.
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR