Intisari-Online.com - Pernahkah Anda mendengar nama Fretilin?
Perlu Anda tahu bahwa Fretilin adalah kelompok kriminal bersenjata atau KKB Timor Timur.
Kepanjangan dari Tretilin adalah Fraksi Frente Revolusionaria Timor-Leste Independente.
Di mana Tretilin sering melakukan penyerangan terhadap prajurit ABRI.
Nah, dilaporkan Fretilin melakukan sejumlah perombakan pada beberapa orang kepercayaan Xanana Gusmao, mantan Perdana Menteri Timor Leste.
Sebab kini Fretilin membantu pemerintahan Timor Leste yang dipimpin Perdana Menteri Taur Matan Ruak.
Di mana PM Matan Ruak mengganti posisi penting di sektor strategis seperti perminyakan dan mineral.
Posisi-posisi penting itu kini dikuasai oleh orang-orang partai Fretilin.
Padahal menurut Xanana, orang-orang yang diganti itu sangat berperan penting sejak belasan tahur terakhir. Terutama saat melawan Australia dan Indonesia.
Melihat hal ini, Xanana meminta agar pemerintahan yang sekarang tidak mempolitisir Greater Sun Rise.
Karena itu merupakan kepenting nasonal, bukan partai politik.
Anda tahu Greater Sun Rise?
Greater Sun Rise merupakan ladang minyak terbesar yang berada di Timor Leste.
Di mana Timor Leste menerima sedikitnya 70% dari ladang minyak tersebut. Atau kira-kira sebesar Rp551 miliar.
Tingginya pendapatan yang akan diterima Timor Leste dari Greater Sun Rise membuat Xanana sangat khawatir jika kondisi itu disalahgunakan.
Dia bahkan rela 'mencium kaki' lawannya agar mereka mau transparan dan bekerja jujur terkait ladang minyak tersebut.
Jika tidak, maka bisa dipastikan harga minyak akan semakin merosot dan membuat ekonomi Timor Leste menjadi kesulitan.
Konflik Tretilin dan Indonesia
Dulu, Prabowo Subianto dan timnya juga turut memburu pimpinan KKB Timor Timur yang bernama Nicolao Lobato itu
Melansir dari buku 'Jenderal M Jusuf Panglima Para Prajurit' karya Atmadji Sumarkidjo, awalnya Prabowo Subianto beserta pasukannya dikerahkan setelah ABRI menerjunkan pasukan gabungan yang dinamai Batalyon Parikesit.
Prabowo Subianto beserta pasukannya diterjunkan untuk membantu misi pasukan gabungan Yon Parikesit yang berisikan prajurit dari kesatuan elit macam Kopassandha (Kopassus), Marinir serta Kopasgat (Paskhas)
Tugas mereka cuma satu yakni mengeksekusi Nicolao Lobato yang merupakan pimpinan Fretilin
"Tangkap Nicolao Lobato, hidup atau mati!" tegas panglima kepada Kolonel Dading Kalbuadi selaku komandan operasi Seroja
Konsep perburuan pasukan ABRI saat itu menggunakan taktik Mobile Udara (Mobud), di mana pasukan akan diterjunkan menggunakan helikopter melalui tali (fast ropping) di titik pendaratan.
Debut pertempuran Yon Parikesit terjadi di wilayah Laklobar dan Soibada.
Di sana tim berhadapan dengan KKB Timor Timur yang mengawal Lobato.
Pasukan elit Nanggala-28 pimpinan Kapten Prabowo Subianto diterjunkann bersamaan dengan Kompi Yonif Linud 700 Kodam XIV, satu kompi Yonif Linud 401 Banteng Raiders dan Batalyon 744 Somodok pimpinan Mayor Yunus Yosfiah.
Pada 30 Desember 1978, Kapten Prabowo melapor pada Mayor Yusuf Yosfiah jika anggotanya ada yang memergoki pergerakan sejumlah besar anggota KKB Timor Timur.
Hal ini dinilai janggal karena Fretilin amat jarang mengerahkan pasukan besar yang bergerak bersama-sama, dugaan kuat pasti Lobato ada ditengah-tengah mereka.
Laporan ini lantas diteruskan kepada Kolonel Sahala Radjagukguk yang berada di lapangan untuk memperketat pengepungan kepada pasukan Lobato.
Kapten Prabowo juga diberi tugas mengkoordinasikan pengepungan dengan seluruh kekuatan yang ada.
Nanggala-28 pimpinan Prabowo Subianto kemudian meluncur ke lokasi pengepungan dan langsung terjadi pertempuran sengit
Sejumlah KKB Timor Timur pengawal Lobato tewas, namun presiden Fretilin itu tak mau menyerah.
Ia mencoba melarikan diri bersama sisa pengawalnya.
Namun pelariannya berhasil dicegat oleh Yon 744 Somodok pada 31 Desember 1978.
Pertempuran jarak dekat terjadi antara Yon 744 Somodok dan pasukan Lobato.
Dikutip dari buku 'Timor Timur The Untold Story' karya Kiki Syahnakri, pelarian Lobato berakhir setelah ia ditembak oleh Sertu Jacobus Maradebo, seorang prajurit ABRI asli Timor Timur tepat di dadanya.
Usai dipastikan tewas, Panglima ABRI M Jusuf melapor ke Presiden Soeharto jika pentolan utama Nicolao Lobato berhasil dieliminasi.
Nah, meski sempat mereda saat Lobato tewas, ternyata aksi KKB Timor Timur kembali muncul saat dipimpin Xanana Gusmao.
(Putra Dewangga Candra Seta)
(Artikel ini telah tayang di surya.co.id dengan judul "Pimpinan KKB Timor Timur Ditembak Mati Prajurit ABRI, Sempat Bertempur Sengit dengan Pasukan Prabowo")
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR