Namun kegiatan itu diklaim oleh China sebagai kegiatan normal di perairan di bawah yuridiksi mereka.
Meski demikian, kapal-kapal China memang beberapa bulan ini disebut memburu kapal negara lain yang mencoba mengeksplorasi sumber daya di perairan Laut China Selatan.
Menurut para ahli, China sedang mengadopsi taktik yang semakin kuat dan beresiko yang dapat memicu konflik baru dengan kekuatan di wilayah regional tersebut.
Terutama kekuatan militer Indonesia dan Malaysia yang menjadi militer terkuat di kawasan itu.
Direktur AMTI, Greg Polling, mengatakan, Indonesia dan Malaysia menganggap gangguan China ini lebih serius daripada sebelumnya.
Saat ini, kapal-kapal China memperluas jangkauan mereka di kawasan itu, sebagian besar karena keberadaan pulau-pulau buatan Beijing di Laut China Selatan.
"Pulau-pulau buatan itu menyediakan pangkalan terdepan untuk kapal-kapal China, dan hal itu secara efektif telah mengubah Malaysia dan Indonesia menjadi negara-negara yang berada di garis depannya," ujar Polling.
"Pada hari tertentu, di sana sekitar selusin kapal penjaga pantai berdengung di sekitar Kepulauan Spratly, dan sekitar seratus kapal nelayan, siap berangkat," terangnya.
Source | : | sosok |
Penulis | : | Tatik Ariyani |
Editor | : | Tatik Ariyani |
KOMENTAR