PSBB yang diberlakukan pada bulan April memberikan pukulan besar pada manufaktur dan penjualan ritel.
Ekonomi, yang tumbuh pada kuartal pertama hampir 3 persen, diperkirakan menyusut 4,6 persen pada kuartal April-Juni, menurut jajak pendapat analis Reuters.
Cakupan luas dari dampak pandemi juga tidak terduga, dengan bisnis yang menunda investasi dan rumah tangga yang membatasi pengeluaran.
Ekspor juga terpukul oleh permintaan global dan harga komoditas yang lebih rendah.
Saham Indonesia merespons negatif data yang dirilis hari Rabu, dengan indeks saham acuan tergelincir hampir 0,3 persen.
Pemerintah telah berupaya untuk menangkal dampak pandemi dengan stimulus fiskal yang sejauh ini mencapai sekitar Rp 712 triliun.
Namun, para ahli menyarankan PDB kemungkinan akan berkontraksi lagi pada kuartal ketiga, meskipun pada tingkat yang lebih lambat, menempatkan ekonomi secara resmi dalam resesi.
Anwita Basu dari Fitch Solutions, dalam komentarnya kepada Australian Financial Review, memperkirakan kontraksi akan mencapai 4,5 persen.
Source | : | wsws.org |
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR