Sebuah koridor akan dibuat antara tanah Palestina, yang disebut Clinton sebagai 'jalur aman permanen', dan membuat negara baru bersebelahan.
Sehingga akhirnya, pengungsi Palestina akan dapat memilih untuk kembali tanpa batasan ke negara baru Palestina, kembali ke negara Israel dengan pembatasan, untuk bermukim di negara ketiga, dan/atau untuk menerima kompensasi finansial, yang didanai oleh komunitas internasional.
Negosiator Israel ingin menerjemahkan parameter menjadi penyelesaian resmi.
Itu akan menjadi kesepakatan yang jauh lebih baik bagi Palestina daripada yang ditawarkan di KTT Camp David.
Tetapi akhirnya Palestina menolak parameter tersebut, dengan alasan bahwa mereka seharusnya tidak diizinkan untuk membatasi negosiasi di masa depan.
"Selama upaya terakhir untuk mencapai kesepakatan di Taba, Mesir, Abu Ala, kepala negosiator Palestina, mengakui kepada kami bahwa Arafat tidak lagi tertarik dengan tawaran itu," tulis Ben-Ami, dikutip dari The Strategist.
Disebut jika itu adalah kesalahan yang menghancurkan, konsekuensi yang diderita rakyat Palestina setiap hari.
Dalam surat tahun 2002 , salah satu mantan menteri Arafat, Nabil Amr, mengutuk pendekatan ini, kata Ben-Ami.
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR