Agar bisa menjalankan tugasnya mengumpulkan uang secara supranatural, tuyul butuh makan atau bahasa sononya disebut sesajen.
Mau tidak mau si empunya wajib memenuhi selera makanan atau minuman favorit kesukaan piaraannya.
Konon para makhluk gaib punya selera yang berbeda. Tuyul suka minum susu.
Jenglot lebih menyeramkan, konon ia suka minum darah manusia. Walah!
Kita tentu saja bebas untuk percaya atau tidak dengan keberadaraan makhluk-makhluk supranatural ini.
Sekalipun saat ini sudah zaman teknologi layar sentuh, fakta mengatakan, kepercayaan ini masih hidup di masyarakat.
Cerita tentang babi ngepet, tuyul, jenglot dan sejenisnya masih banyak beredar.
Mudah-mudahan dengan masuknya internet ke pelosok pedesaan, masyarakat bisa semakin pandai dan lebih tertarik membuka Google untuk bertanya tentang cara bertani atau beternak ikan lele daripada sekadar menonton jenglot.
(Anton – Intisari Desember 2011)
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR