Advertorial
Intisari-Online.com - Masalah yang sengketa antara India dan China terus berlanjut.
Setelah bentrokan yang sebabkan kematian 20 tentara India, hubungan kedua tak kunjung membaik.
Apalagi itu merupakanbentrokan terburuk dalam beberapa dasawarsa pada pekan lalu.
Bahkan ketika dilaporkan kedua perwakilan sudah bertemu dan berdamai, nyatanya tidak begitu membantu.
Sebab, baik China maupun India malah memperkuat pertahanan militernya di sepanjang perbatasan Himalaya yang disengketakan.
MelansirSouth China Morning Postyang mengutip laporan media lokal, pada saat ketegangan berpotensi memanas, Menteri Pertahanan India Rajnath Singh memanfaatkan waktu kunjungan ke Moskow pada minggu ini untuk mendesak Rusia - pemasok senjata terbesar negara itu - mempercepat pengiriman sistem rudal pertahanan udara S-400 Triumph yang kuat.
Menurut pengamat, dikombinasikan dengan pesawat India yang dirancang untuk pertempuran di ketinggian, sistem pertahanan dapat menimbulkan ancaman bagi militer China.
India seharusnya dijadwalkan menerima pengiriman sistem rudal bernilai 5,2 miliar US Dollar pada Desember 2021.
Akan tetapi, hal ini harus tertunda karena pandemi virus corona.
Data yang dihimpunSouth China Morning Postmenunjukkan, baik China maupun India memiliki sistem S-300, yakni versi S-400 yang lebih awal dan lebih rendah.
Akan tetapi, China sudah memiliki sistem pertahanan udara S-400, dengan pengiriman terakhir pada akhir 2018.
Menurut Collin Koh, seorang peneliti dari Sekolah Studi Internasional S Rajaratnam di Universitas Teknologi Nanyang Singapura, meningkatnya ketegangan antara China dan India mengenai sengketa perbatasan telah mendorong New Delhi untuk meningkatkan pertahanan udara demi menyamai Beijing.
Moskow mengklaim S-400 adalah sistem pertahanan udara mutakhir yang dapat mendeteksi dan menembak sasaran termasuk rudal balistik, jet musuh dan drone hingga sejauh 600 km (373 mil), pada ketinggian antara 10 meter dan 27 km.
China telah memperluas gudang senjatanya di perbatasan sejak Doklam berselisih.
Itu termasuk jet tempur siluman J-20, helikopter Z-20, jet tempur J-10C dan J-11B yang dimodifikasi, drone multi-peran Wing Loong II, tank ringan Type 99A dan Type 15 yang dapat menangani ketinggian tinggi dan rudal Dongfengnya.
Sementara itu, saat para diplomat India dan China sepakat untuk mengimplementasikan pemahaman tentang meredakan ketegangan di sepanjang Garis Kontrol Aktual (LAC) di Ladakh, Kementerian PertahananChina menggemakan klaim Beijing atas Lembah Galwan.
"China memiliki kedaulatan atas wilayah Lembah Galwan dan pasukan perbatasan China telah berpatroli dan bertugas di wilayah ini selama bertahun-tahun," katanya seperti yang dikutipThe Indian Express.
Ini adalah pertama kalinya angkatan bersenjata Chinamempertaruhkan klaim atas wilayah yang menurut India berada dalam wilayahnya.
India telah menyebut klaim China sebagai "tidak berdasar" dan mengatakan hal itu tidak sesuai dengan posisi Beijing sendiri di masa lalu.
MelansirThe Indian Express,Beijing tidak pernah mengklaim lembah itu sejak 1962.
Setelah pertemuan Mekanisme Kerja untuk Konsultasi dan Koordinasi (WMCC), Kementerian Luar Negeri menyatakan bahwa India dan China harus dengan tegas menghormati dan mengamati LAC dengan ketat.
Selain itu, kedua belah pihak sepakat untuk menjaga komunikasi di tingkat diplomatik dan militer untuk menyelesaikan situasi yang ada secara damai.
(Artikel ini sudah tayang di kontan.co.id dengan judul "India pesan rudal Rusia, pengamat: Ini ancaman bagi militer China")