Advertorial

Sepuluh Tahun Mati-matian Hapuskan Kemiskinan di Negaranya, Tamparan Keras Virus Corona Membuat 2,5 Juta Warga India Alami Kemiskinan Lagi, 'Bahkan Kami Tak Punya Apapun untuk Dimakan'

May N

Editor

Intisari-online.com -R. Lalitha, seorang wanita India di Mumbai, harus berjalan kaki dari Mumbai ke kampung halamannya, Andhra Pradesh setelah ia dan suaminya kehilangan pekerjaan.

Awalnya suaminya bekerja menjadi pekerja konstruksi, tetapi karena virus Corona ia kehilangan pekerjaannya.

Mereka berdua tidak ada pilihan lain selain kebali ke Andhra Pradesh, kampung halaman mereka.

Lalitha hanya membawa tas berisi seprai, beberapa jaket untuk dipakai di bawah sarinya, dua gulungan wool, dua piring, beberapa sendok dan koran-koran tua.

Baca Juga: Terlanjur Kesal dan Tak Peduli Soal Perjanjian, Militer Korea Utara Ancam Akan Mengubah Perbatasan Menjadi Benteng Pertahanan

Akibat panas teriknya India dan perjalanan yang masih jauh, Lalitha berpikir meninggalkan tasnya kepada seorang teman di Mumbai, ibu kota India.

Selain barang-barang itu, Lalitha hanya memiliki uang sebanyak 7500 Rupee (Rp 1.399.725) di rekening banknya.

"Aku tidak percaya inilah yang kami miliki setelah 5 tahun hidup di kota," ujarnya dikutip dari South China Morning Post.

"Saat kami datang kemari, kami miliki 120 ribu Rupee (22 Juta Rupiah) di bank."

Baca Juga: Gawat, Terus-terusan Menekan Agar Vaksin Virus Corona Segera Ada, Gedung Putih Bisa Timbulkan Diperbolehkannya Vaksin Gagal Digunakan untuk Obati Covid-19

Lalitha melihat pengalamannya sebagai orang kaya yang mendadak miskin.

"Hidup di Mumbai adalah beban puncak bagi kami," jelasnya.

Walaupun mereka mendapatkan gaji yang banyak, sebagian besar gaji tersebut mereka habiskan.

Setiap bulan mereka mengirim uang ke kampung mereka, kepada anak-anak mereka yang hidup dengan kakek nenek mereka.

Baca Juga: Terkubur di Bawah 5 Lapis Beton, Inilah 'Kota-kota Rudal' Bawah Tanah Iran yang Penuh Sesak dengan Senjata: Akan Meletus Seperti Gunung Berapi

Lalitha dan suaminya adalah dua dari 260 juta warga India yang diperkirakan jatuh dalam jurang kemiskinan akibat krisis ganda virus Corona dan kejatuhan ekonomi mereka.

India telah mencatat lebih dari 332 ribu kasus virus Corona tetapi data ilmuwan tunjukkan angka ini dapat meningkat 3 kali lipat bulan depan mencapai lebih dari 800 ribu.

"Anda belum bisa melihat puncaknya, masih lama untuk melihat puncaknya," ujar Bhramar Mukherjee, profesor biostatistik di University of Michigan yang termasuk dalam tim modeling pandemi India.

Wanita tersebut menyebutkan ia menghapus proyeksi jangka panjang dari situs web tim karena membuat banyak orang panik.

Baca Juga: Saking Paniknya Dikejar Ular Hitam, Wanita Ini Menjerit-jerit Seperti Bayi, Namun Justru Dia Juga yang Meminta Maaf Setelahnya, Kok Bisa?

"Kuharap aku bisa menjadi lebih positif tetapi kurasa hal ini akan menjadi sangat sulit beberapa bulan mendatang."

Sementara negara dengan warga berjumlah 1.3 milyar itu terapkan lockdown di waktu awal wabah, ini menekan India menuju kontraksi ekonomi setahun penuh pertama dalam lebih dari empat dekade saat negara itu membuat jutaan orang menganggur.

Awal bulan ini, pemerintahan Narendra Modi mulai longgarkan lockdown, tetapi kerja keras negara itu menghapus kemiskinan terhapus dengan mudah.

Sementara bagi rakyat miskin lainnya, persoalan tidak berasal dari virus Corona semata.

Baca Juga: Miris, Bule Ini Jatuh Miskin Setelah Menikahi Wanita Indonesia, Hartanya Dikuras Puluhan Miliar, Padahal Cintanya Tulus, Begini Kisahnya...

Lalitha melacak ke keputusan pemerintah yang tiba-tiba umumkan 86% dari tender ilegal mata uang negara itu pada November 2016.

Demonetisasi ini dilakukan untuk menghapus orang kaya tersembunyi yang tidak membayar pajak.

Namun hal itu justru membuat adanya krisis uang tunai dan membuat Lalitha dan suaminya sulit mencari pekerjaan tetap.

Sejak itu, mereka harus mengambil tabungan mereka secara berkala untuk bertahan hidup.

Baca Juga: Misteri Bekas Guntingan Baju yang Hilang, Salah Satu Daftar Kegeraman Novel Baswedan Terkait Sidang Kasus Penyiraman Air Keras Kepada Dirinya

Selama 50 hari pertama demonetisasi, 40% pekerjaan di sektor tidak terorganisasi dihapus begitu saja.

122 juta warga India telah menganggur sejak India terapkan lockdown mulai 24 Maret silam, menurut estimasi dari Centre for Monitoring Indian Economy, think tank swasta.

Analis yakin kondisi ini dapat memburuk dengan cepat.

Bagi Lalitha, ini adalah kondisi peralihan nasib yang kejam.

Baca Juga: Saat Negara-negara Adidaya Militer Dunia 'Menggudangkan' Senjata Nuklir Rongsokan Mereka, China, Korea Utara Serta India Justru Berlomba-lomba Kembangkan Senjata Nuklir

Keluarganya telah bekerja keras puluhan tahun untuk mengatasi krisis demonetisasi, memastikan cukup padi tumbuh di sawah mereka untuk bahan makan keluarga selama setahun dan memiliki sejumlah yang cukup besar untuk dijual.

Ia dan suaminya bekerja dan penghasilan bersama mendapatkan 11 ribu Rupee (2 juta Rupiah) tiap bulan melalui pekerjaan mereka di Mumbai, dan tambahan 90 ribu Rupee (16 juta Rupiah) yang didapat keluarga tiap tahun melalui hasil panen mereka.

Kini, keluarga mereka tidak hanya kehilangan 2 juta Rupiah tetapi Lalitha takutkan mereka juga harus menjual tanah keluarga juga.

Ekonomi pedesaan telah dalam kondisi buruk, dengan 88 persen rumah tangga mengalami kejatuhan signifikan dari pendapatan mereka dalam waktu lockdown ini.

Baca Juga: Unik, Seorang Wanita Asia Menikah dengan Pria Afrika, Dia Mengaku Terpikat Setelah Sang Pria Lakukan Hal Tak Terduga Ini Padanya

Anak Lalitha telah mulai datangi sekolah swasta di desa mereka, kini harus kembali ke sekolah pemerintah.

Sementara pemerintah telah berikan paket bantuan ekonomi, kritik sebutkan paket tersebut tidak cukup, dengan ekonom terhormat seperti Raghuram Rajan dan Nobel Iaureate Abhijit Banerjee mengatakan hal yang sama.

Dalam artikel yang ditulis oleh para ekonom tersebut, mereka mengatakan "kekhawatiran terbesar saat ini adalah sejumlah besar warga akan terdorong dalam jurang kemiskinan atau bahkan kelaparan karena kombinasi kehilangan mata pencaharian dan gangguan mereka dalam mekanisme pengiriman standar."

Namun meski begitu, Lalitha merasa pulang ke rumah akan terasa lebih aman meski kehilangan mendapatkan kesempatan kerja.

Baca Juga: Ditebus Hampir Setengah Triliun Rupiah, Militer Indonesia Malah Tak Boleh Pasang Bom pada Pesawat Hawk 209, Mengapa?

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait