Advertorial
Intisari-online.com - Sudah 5 bulan lebih berlalu, sejak Covid-19 diumumkan pertama kali di China, dan kini telah menyebar ke seluruh dunia.
Saat pertama kali China menghadapi wabah ini, negeri tirai bambu tersebut kewalahan dan negaranya dalam situasi terpuruk.
Ribuan warga Wuhan terinfeksi dan meninggal dunia akibat karena pandemi ini.
Namun, di balik mewabahnya Covid-19 di negeri panda tersebut, ada sebuah fakta mengejutkan yang hampir tidak terungkap oleh media.
Baca Juga: Kedoknya Sih Resor Pantai Mewah, Tapi Israel Ternyata Telah Selundupkan 7.000 Orang Yahudi di Sudan
Menurut sebuah situs berita asal Vietnam 24h.com.vn, pada awal bulan Mei, yang mengutip dari Departemen Pertahanan Tiongkok.
Pasukan militer berjumlah sekitar 2,3 juta personel, tidak dilaporkan ada yang terinfeksi dengan wabah Covid-19.
Sementara pada saat yang sama Militer AS dan Rusia melaporkan setidaknya ada 5.000 infeksi virus corona.
Meskipun militer China dinilai aman dari serangan virus ini, ternyata ada beberapa hal yang membuat militer China cukup kelabakan.
Menurut laporan tersebut, setidaknya ada dampak negatif yang diterima oleh militer Tiongkok.
Xinhua melaporkan kekhawatiran tentang Covid-19, membuat rencana besar Tiongkok tersabotase.
Pada saat itu, China berencana menambah personil militernya, yang direncanakan nanti pada bulan Agustus.
Namun, karena situasi pandemi China menunda program rekrutmen militer reguler dan mengubahnya menjadi latihan teori taktis.
Penundaan ini mengganggu kemajuan dalam modernisasi kualitas militer dan rencana pembangunan menurut para ahli.
Juga membuatnya terhambat dalam upaya memperbesar kekuatannya, karena diketahui saat ini China terlibat dalam ketegangan di Laut China Selatan.
"Militer China dan rencana pelatihan harus ditunda karena epidemi, yang dapat membuat beijing menghabiskan banyak sumber daya," Kata Adam Ni, Direktur Pusat Studi PLA kebijakan Tiongkok.
"Sementara itu, operasi angkatan laun Tiongkok akan dipengaruhi oleh pandemi. Angkatan Laut China tidak memiliki langkah pengendalian penyakit menular," kata Charles Lyons Jones, peneliti Main Institute Buku Strategi Australia.
"Sehingga sangat sulit bagi mereka untuk menghindari ancama Covid-19 yang bisa menyebar di kapal perang," Jelasnya.
"Meskipun dalam konteks ini, Angkatan Laut China masih sangat berbahaya, karena mereka tidak memiliki kasus virus di dalam pasukan militernya," katanya.
"Hal ini membuat ketegangan di laut dengan militer China masih terjadi," imbuhnya.
Lebih dari 4.000 personel medis militer dikirim ke Tiongkok Wuhan dan membangun rumah sakit lapangan, pada awal Mei.
PLA melaporkan bahwa beberapa tentara dikirim untuk karantina.
Yu Quinsong Komandan kapal perusak 5444 di Changzhou juga dikarantina.
Namun, Angkatan Darat China mengumumkan bahwa tidak ada satupun kasus pasukan positif terinfeksi virus corona.
Menurut Zhou Chenming analisa militer di Beijing menjelaskan militer China tidak terkena dampak Covid-19 karena mereka menyadarinya dengan cepat.
"PLA memiliki sistem logistiknya sendiri, yang membantu mengurangi paparan dari luar dan mengurangi risiko penyebaran penyakit," katanya.
Timothy Heath, analis politik internasional di AS mengatakan militer China tidak memiliki dampak karena mereka tidak memiliki peran internasional.
Berbeda dengan Amerika, di tengah wabah mereka masih harus melakukan serangkaian misi untuk memerangi ancaman dari sekutunya.
Hal ini menyulitkan AS untuk mengendalikan penyebaran virus di dalam pasukan militernya.