Advertorial

Kapal Induk China Bermanuver 'Tidak Aman dan Profesional', AS Siap Ladeni dengan Dua Pesawat Pemegang 50 Rekor Dunia Ini, Perang-perang Besar Pernah Jadi Arena Pembuktiannya

Ade S

Editor

Intisari-Online.com -Keberadaan kapal induk China yang aktif bergerak di Laut China Selatan kembali disambut dengan tak kalah intimidatif oleh AS dengan cara menerbangkan dua pesawat pemegang 50 rekor dunia.

Seperti kita ketahui, Amerika Serikat (AS) dan China sama-sama beraksi semakin agresif di Laut China Selatan.

Keduanya sama-sama ingin menunjukkan kekuatan militer mereka di wilayah sengketa yang sebenarnya tidak hanya melibatkan kedua negara tersebut.

Ketegangan antar kedua negara dengan kekuatan militer mengerikan tersebut bak menunggu waktu untuk benar-benar memicu peperangan.

Baca Juga: Makin Mencekam, AS Kembali Kirim Kapal Perang Rudal untuk Tantang China di Laut China Selatan

Terbaru, Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) mengirim sepasang pesawat tempur bomber yakni Pembom Lancer B-1B ke Laut China Selatan pada hari Selasa (26/5).

Aktivitas ini terjadi dalam upaya meningkatkan jumlah demonstransi militer AS di wilayah yang disengketakan dengan China tersebut.

"Sepasang pembom B-1B tersebut mendemonstrasikan kemampuan Angkatan Udara Uwak Sam selama beroperasi di wilayah hukum internasional pada waktu dan tempo yang kita pilih," tulis Angkatan Udara AS melalui Twitternya pada hari Rabu (27/5) seperti dilansir Stars and Stripes.

The Lancers berasal dari Skuadron Bom Ekspedisi ke-9 di Pangkalan Udara Dyess, Texas.

Baca Juga: Tak Kapok Bikin Ulah, China Makin Barbar Dengan Lakukan Latihan Militer di Laut China Selatan, Negara Tetangga Sudah Sangat Ketar-ketir

Ini merupakan sepasang pesawat pembom yang beroperasi di wilayah tersebut kurang dari sebulan.

Angkatan Udara AS tidak mempublikasikan semua penerbangan yang dilakukan B-1B selama menjalankan misinya di Laut China Selatan.

Pada 29 April 2020 lalu, dua Lancers juga melakukan misi mereka di Laut China Selatan selama perjalanan 32 jam dari Pangkalan Angkatan Udara Ellsworth S.D.

"Penerbangan itu menunjukkan model ketenagakerjaan dinamis yang baru, yang bertujuan membuat kehadiran pembom globalnya kurang dapat diprediksi," klaim Angkatan Udara AS pada waktu itu.

Skuadron dari Dyess tiba di Guam pada 1 Mei 2020 dengan empat pesawat pembom B-1B dan sekitar 200 penerbang untuk melatih dan melakukan operasi dengan sekutu dan mitra Angkatan Udara AS pada waktu itu.

Sementara itu, Beijing menganggap penerbangan berlebihan di Laut China Selatan itu sebagai provokatif dan menyalahkan AS karena meningkatnya ketegangan di antara kedua negara.

Baca Juga: Amankan Posisi di Perairan Indo-Pasifik, Amerika Kirimkan Kapal Induk Ronald Reagen Dengan 1000 Ton Senjata

China dan beberapa negara lain memiliki klaim tumpang tindih di sebagian Laut China Selatan.

AS sebelumnya telah membantah klaim China atas kepemilikan beberapa pulau dan terumbu di Laut China Selatan dan Timur yang kaya sumber daya, termasuk pulau Spratly, Paracel, dan Senkaku, menurut CIA World Factbook.

Misi Angkatan Udara mengikuti semakin banyak operasi kebebasan navigasi yang dilakukan Angkatan Laut di wilayah tersebut untuk menantang apa yang disebutnya klaim maritim berlebihan China.

Sementara itu, Militer China juga aktif di sana.

China telah mengirim gugus tugas kapal induk dua kali pada bulan April melalui Selat Miyako, jalur air strategis dekat Okinawa.

Sejak pertengahan Maret, jet tempur China juga telah melecehkan pesawat pengintai AS setidaknya sembilan kali di Laut Cina Selatan, kata seorang pejabat Pentagon kepada Fox News dalam laporan 19 Mei.

Baca Juga: Amerika dan China Perkuat Posisi di Laut China Selatan, Indonesia Justru Bisa Tiarap Karena Pangkas Anggaran Militer, Rupanya Digunakan untuk Hal Ini

Reed Werner, wakil asisten sekretaris pertahanan untuk Asia Tenggara, mengatakan sebuah kapal Tiongkok mengawal sebuah kapal induk China bermanuver dengan cara "tidak aman dan tidak profesional" di dekat kapal perusak berpeluru kendali rudal USS Mustin bulan lalu, kata laporan itu.

Pemegang rekor

B-1B pertama kali digunakan dalam pertempuran untuk mendukung operasi melawan Irak selama Operasi Desert Fox pada bulan Desember 1998.

Pada tahun 1999, enam B-1 digunakan dalam Operasi Pasukan Sekutu, memberikan lebih dari 20 persen dari total persenjataan saat terbang kurang dari 2 persen dari sorti tempur.

B-1B memegang hampir 50 rekor dunia untuk kecepatan, muatan, jangkauan, dan waktu 'pendakian' di kelasnya.

National Aeronautic Association mengakui B-1B untuk menyelesaikan salah satu dari 10 penerbangan yang paling berkesan untuk tahun 1994. Rekor terbaru dibuat resmi pada tahun 2004.

Artikel ini sudah tayang di Kontan.co.id dengan judul "Ketegangan di Laut China Selatan memuncak, AS kirim dua bomber B-1B".

Artikel Terkait