Advertorial
Intisari-Online.com - Tahun 2018 silam, pemimpin tertinggi Korea Utara Kim Jong-un membuat langkah yang mengejutkan dunia internasional ketika mengirimkan adik perempuannya ke pembukaan Olimpiade Musim Dingin yang berlangsung di Pyeonghchang, Korsel.
Sebagai “orang nomor dua” di Korut, kehadiran Kim Yo Jong, si adik, yang juga menjabat sebagai direktur Partai Buruh Korut telah membawa angin damai bagi Korsel-Korut.
Korut sendiri mengirimkan 22 atletnya untuk berpartisipasi dalam turnamen yang berlangsung dari 8-25 Februari 2018.
Suasana damai kembali terpancar ketika para atlet Korsel dan Korut melakukan parade bersama dalam acara pembukaan.
Presiden Korsel Moon Jae-in yang merupakan tokoh pendukung reunifikasi Korea tampak bersalaman dengan Kim Yo Jong.
Secara simbolis, ini dibaca sebagai adanya “potensi besar” dua Korea untuk berdamai.
Tapi di balik suasana damai itu, Korsel sesungguhnya telah menyiapkan lebih dari 200 ribu pasukan khusus guna mengamankan jalannya Olimpiade Musim Dingin.Baca Juga: Peringatan Hari Kartini, PT Softex Indonesia Berikan Apresiasi untuk Pahlawan Pandemi Tenaga Medis Wanita dengan Donasi Ini
Semua pasukan dalam kondisi siaga tertinggi justru untuk mengantisipasi adanya serangan teror dari Korut.
Kendati telah mengirimkan Kim Yo Jong, Korut sendiri sebenarnya masih menunjukkan sikapnya yang garang.
Satu hari menjelang Olimpiade Musim Dingin dibuka, Korut telah menggelar parade militer terbesar untuk memperingati hari jadi militer Korut ke -70.
Kim Jong Un sendiri berpidato bahwa kekuatan militer Korut saat ini “telah berkelas dunia”.
Kabarnya, usai Olimpiade Musim Dingin, Korut “sangat mungkin” melakukan uji coba peluncuran rudal balistik lagi.
Terkait sebanyak 22 atlet Korut yang dikirim ke Korsel, sebelumnya Kim Jong Un juga telah memanggil mereka untuk diberi pengarahan.
Pengarahan yang diberikan Kim Jong Un singkat saja tapi sangat mengerikan.
Semua atlet Korut diharuskan memenangkan semua pertandingan di Olimpiade Musim Dingin.
Jika sampai kalah akan “dilempar” ke kamp kerja paksa Korut yang kondisinya lebih kejam dibandingkan sistem Gulag-nya Rusia.
Untuk menghukum rakyatnya, Korut memang masih memiliki Gulag yang kondisinya tidak manusiawai, brutal, juga kejam.
Jarang ada orang yang bisa pulang selamat setelah dimasukkan ke Gulag model Korut itu. (Moh. Habib Asyhad)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari