"Saya pikir, ini hampir merupakan masalah matematika dalam beberapa hal," kata Benjamin Singer, asisten profesor kedokteran paru-paru dan perawatan kritis di Northwestern University Feinberg School of Medicine.
"Bahkan, dengan kemungkinan lebih rendah dari orang berusia muda untuk sakit kritis, beberapa orang akan mengalami sakit kritis, kasus-kasus ini bermunculan lagi dan lagi," imbuh dia kepada New York Times.
Kondisi kesehatan yang buruk juga bisa membuat mereka yang berusia lebih muda rentan terhadap kasus virus corona yang parah.
"Saat kami menemukan kasus parah atau kematian pada orang muda, kami tidak benar-benar memiliki informasi lengkap tentang pasien seperti ini." ujar Lee Riley, Kepala Divisi Penyakit Menular dan Vaksinologi University of California, Berkeley.
Ada kemungkinan, sebagian orang berusia muda memiliki kondisi medis yang tidak diketahui.
Kondisi kronis yang bisa memengaruhi orang muda seperti diabetes, membuat mereka lebih sulit untuk pulih dari penyakit.
"Bahkan, orang berusia lebih muda yang merasa sehat perlu menangani pandemi secara serius karena mereka dapat menyebarkan virus bahkan tanpa gejala apa pun," sebut Anthony Fauci, Kepala National Institute of Allergy and Infectious Diseases.
"Jangan bersikap, saya masih muda, saya kebal," tegas Fauci dalam konferensi pers seperti dilansir New York Times.
"Kita tidak ingin membahayakan orang yang kita cintai, terutama mereka yang sudah lanjut usia dan mereka yang memiliki kondisi membahayakan," imbuh dia.
"Kami tidak dapat melakukan ini tanpa orang-orang muda yang mau bekerja sama. Tolong bekerjasama dengan kami".
Penulis: Gading Perkasa
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Bukan Hanya Lansia, Orang Usia Muda Juga Berisiko Kritis karena Corona"
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR