Sebelum terjun ke dunia politik, kedua tokoh ini adalah raja minyak AS. Baik keluarga Bush maupun Cheney dikenal sebagai keluarga "licin" karena berlumuran minyak.
Karena itu, tidak mengherankan jika kedua-keluarga itu kemudian sangat tergiur oleh kandungan minyak Irak.
Baca juga:Di Bawah Rezim Saddam Hussein, Pesepakbola akan Disiksa dan Dipenjara jika Timnas Irak Kalah
Memang, mereka harus menggulingkan rezim Saddam Hussein jika ingin mendapatkan tambahan "kekayaan" 115 miliar barrel minyak Irak.
Kesan itu diperkuat dengan kenyataan AS dan sekutu utamanya, Inggris, tetap mencari-cari alasan untuk menyerang Irak.
Diawali dengan perjuangan mengeluarkan Resolusi PBB baru yang lebih berat untuk Irak, terutama dalam pelaksanan perlucutan senjata.
Ketika resolusi sukses, di luar dugaan, Irak menunjukkan kerja sama sepenuhnya dengan PBB.
Repotnya, kesediaan Irak ini tetap tidak menyurutkan niat AS menyerang Irak. AS lalu mencari alasan menyerang setelah mengaku mendapat serangan dari Irak di zona larangan terbang.
Sekjen PBB Kofi Annan pun menentang keras keinginan AS-Inggris itu. AS segera mencari peluang dengan "mengecilkan" dokumen Irak setebal 12.000 halaman yang merupakan laporan tentang kepemilikan senjata pemusnah massal seperti dituduhkan selama ini.
Lebih parah lagi, AS justru memberi tenggat waktu Januari 2003 bagi PBB untuk mengizinkan AS menyerang Irak.
Perlu diketahui, sebanyak 95 senjata arsenal Irak untuk pemusnah massal justru diimpor dari Prancis, AS, Jerman, Inggris, Mesir, sejumlah negara Eropa Timur, dan bekas negara Uni Sovyet.
Melihat semua itu, sulit dipercaya jika AS sama sekali tidak menginginkan peluang kemungkinan mendirikan "imperium" baru di Timur Tengah dan minyak!
(Ditulis oleh Rien Kuntari, wartawan Kompas. Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Januari 2003)
Baca juga: Perang Teluk, Ajang Promosi dan Uji Coba Persenjataan Canggih 'Penebar Maut'
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR