Padahal, sebelumnya Saddam sangat dipercaya oleh Ahmed Hassan, pemimpin yang dikenal sangat baik dan religius. Ahmed Hassan menyerahkan segalanya pada Saddam, karena ia bekerja total, sepenuhnya, 18 jam sehari.
Saddam diangkat menjadi kepala keamanan, ia juga mengepalai Departemen Petani, juga dipercaya menjalin hubungan dengan suku Kurdi, memimpin komite yang mengontrol minyak. Ia juga memimpin komite yang mengontrol hubungan dengan negara-negara Arab.
Ia juga memimpin sindikat kaum buruh. Semuanya ada di tangan Saddam, dan pada akhirnya Ahmed Hassan Al-Bakr pun tersingkir.
Langkah Saddam tidak berhenti di sini. Pada 16 Juli 1979, ia mensahkan dirinya sebagai Sekjen Kepemimpinan Regional Partai Baath di Irak dan Ketua Dewan Komando Revolusioner. Sehari kemudian, ia mengangkat dirinya sendiri sebagai Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Irak.
Sejak saat itu, ia menjadi orang nomor satu di Irak dengan segala kekuasaannya.
Cerita ia memaksa sepupunya sendiri, Ahmed Hassan Al-Bakr, turun dari tampuk kekuasaan sangat ironis. Ketika Saddam sudah memegang semua jabatan, pelan-pelan Ahmed Hassan mulai pudar.
Pada 11 Juli saat penutupan sidang Dewan Komando Revolusiner, ia melepas seluruh kekuasannya dan menyerahkannya kepada Saddam. Tanggal 15 Juli, presiden berusia 65 tahun itu malahan membantu anak didiknya, mengumumkan di televisi bahwa ia mundur karena alasan kesehatan, dan Saddam pun berkuasa penuh!
(Ditulis oleh Trias Kuncahyono. Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi April 2003)
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR