Baca juga: Wahai para Orangtua, Ingatlah Selalu Bahwa Bayi Tak Wajib Pakai Bedak dan Minyak!
Selanjutnya, meskipun sebagian besar ikan nila dibesarkan di peternakan sekarang, ikan itu berasal dari Timur Tengah dan Afrika.
Sehingga kemungkinan benar ada dioxin ditemukan di dalam ikan.
Menurut WHO (Organisasi Kesehatan Dunia), dioxin terdiri dari sekelompok senyawa yang terkait secara kimia yang merupakan bagian dari “Kotor Dozen” (disebut sebagai pencemar lingkungan yang persisten).
Mereka dapat "berakumulasi dalam rantai makanan" dan telah terdeteksi di jaringan lemak hewan - termasuk ikan.
Tetapi itu belum tentu berlaku untuk ikan nila. Sebab Snopes tidak dapat menemukan bukti bahwa ikan nila lebih cenderung memiliki lebih banyak senyawa ini daripada jenis makanan laut lainnya.
Terakhir, dalam upaya menjelaskan kasus hoax ini, Kevin Fitzsimmons, seorang ahli akuakultur dari University of Arizona, mengatakan kepada FactCheck.org bahwa ikan nila memiliki tingkat dioxin yang lebih rendah daripada ikan karnivora lainnya.
"Saya tidak tahu mengapa ada orang yang menyebarkan kebohongan yang sama sekali tidak memiliki dasar dalam sains atau studi tunggal," kata Fitzsimmons.
"Siapa pun yang melihat fakta yang diterbitkan dalam ratusan literatur yang diulas sejawat dapat melihat banyak manfaat gizi yang jelas dari makan ikan nila dan hampir semua ikan lainnya."
Jadi, jangan percaya pada hoax tentang ikan nila ya!
Baca juga: Ilustrasi-ilustrasi Ini Ingatkan Kita Bagaimana Kita Bisa Menghargai Hidup yang Mungkin Kita Benci
Penulis | : | Mentari DP |
Editor | : | Mentari DP |
KOMENTAR