Gadis yang saat itu berusia 8 tahun tidak bisa menggerakkan separuh badannya di bagian kiri.
Dia harus menggunakan penopang untuk berjalan, kehilangan sebagian besar penglihatannya, dan mengalami rasa pusing luar biasa setiap kali menggerakkan kepalanya.
Pelan-pelan, Santhouse memulai semua dari awal.
Dia belajar duduk, berdiri, mengerakkan kepalanya, dan terbiasa untuk melihat dalam jarak pandang terbatas.
Niatnya untuk tetap sekolah masih sangat kuat.
Santhouse bahkan ingin tetap kuliah dan menjadi mahasiswa meski banyak orang yang meremehkannya.
Dari semua penderita orang yang menjalani operasi pengangkatan otak, hanya ada dua orang yang melanjutkan pendidikannya hingga ke bangku kuliah.
Santhouse adalah salah satunya, dan bahkan dia berhasil menyelesaikan kuliah S2 serta mendapat gelar master pendidikan wicara.
Menjalani hidup dengan separuh otak memang bukan hal yang mudah bagi Santhouse.
Tidak jarang dia diremehkan oleh orang lain, dianggap tidak mampu dan dijauhi.
Hal ini membuatnya jadi orang yang tertutup.
Saat ini di usia 28 tahun dan memiliki hidup yang sangat komplit, ternyata kehilangan separuh otak tidak membuat Santhouse patah semangat.
Baca Juga: Pria Ini Baru Tahu Dirinya Mandul Justru Setelah Memiliki 9 Anak
Penulis | : | Aulia Dian Permata |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR