Ia sering harus merekap berkas pemeriksaan orang dalam pengawasan (ODP) ataupun pasien dalam pengawasan (PDP), bahkan melayani pertanyaan warga lewat telepon.
”Ada saja berkas yang harus diisi sehingga aku yang jam 2 siang harus oper shift, baru selesai sampai jam 3 atau 4 karena harus menulis rekap pasien beberapa rangkap.
Sekarang pun layanan call center ke kami, jadi banyak yang tanya alur pemeriksaan, biaya, dan segala macam,” ujarnya.
Di sela kesibukan mengurus pasien, Erick pun berusaha menjaga dirinya agar tetap sehat dan bersih sebagaimana prosedur yang disarankan.
Tak lupa, ia juga mengabarkan kondisinya kepada keluarganya di Medan, Sumatera Utara.
”Boleh khawatir, tetapi jangan membuat chaos. Kami baiknya tetap harus jaga stamina. Jadi, paling penting kami pahami cara pencegahannya, bukan jadi takut,” katanya.
Dokter jaga unit gawat darurat di Rumah Sakit Umum Daerah Karangasem, Bali, Rizki Usaputro, kini juga tetap mengerahkan tenaga dan keahliannya untuk memastikan pasien atau keluarga tetap sehat.
Di tengah mewabahnya penyakit Covid-19, ia tetap bekerja seperti biasa.
Sejauh ini, ia sudah menangani beberapa orang dalam pengawasan (ODP) akibat penyakit Covid-19, termasuk di klinik tempatnya berpraktik sebagai dokter umum.
Menurut dia, sejak banyaknya warga negara Indonesia (WNI) yang terkonfirmasi terinfeksi Covid-19, semakin banyak orang dengan gejala sama memeriksakan diri ke dokter.
Hari ini, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali juga diketahui telah menetapkan status siaga dalam penanganan Covid-19.
Berdasarkan data per Jumat (13/3/2020), 15 pasien dalam pengawasan (PDP) dirawat di Bali. Sejauh ini, Bali telah merawat 62 PDP.
Sebanyak 46 dinyatakan negatif Covid-19. Sebanyak 13 PDP, masih menunggu hasil dari laboratorium.
Dan dua orang baru diambil sampel. Adapun korban meninggal yang terkonfirmasi baru satu orang dengan status warga negara asing (WNA).
”Takut, sih, iya. Secara pribadi, kalau terkena Covid-19 itu sudah risiko profesi.
Yang penting kami jaga kesehatan supaya kalau kena (terinfeksi) enggak berat. Yang ditakutkan justru kalau saya menularkan kepada orang-orang di sekitarku yang berisiko tinggi, ada orangtua yang udah usia lanjut atau ponakanku yang masih anak-anak,” ujarnya.
Agar tidak terinfeksi, ia menjaga tangan agar selalu dicuci bersih.
Ketika pulang ke rumah, ia akan lekas mandi dan meletakkan pakaian yang ia pakai bekerja di tempat terpisah.
Baca Juga: Video Puluhan WNA asal China Datang di Bandara Haluoleo Kendari Viral, Ini Fakta Sebenarnya
Untuk keluarganya, ia juga menyediakan sabun cuci tangan dan memberi edukasi agar tidak ada kepanikan.
Orangtua Rizki pun mendukungnya untuk menjaga kesehatan.
”Setiap pagi ibu meminta saya minum air jahe. Kebiasaan ini sudah dilakukan lebih kurang seminggu setelah Pemerintah Indonesia mengumumkan kasus positif.
Selain itu, saya juga mengasup lebih banyak suplemen antioksidan setiap hari,” katanya.
Adapun tenaga kesehatan di rumah sakit ibu dan anak swasta di bilangan Jatinegara, Jakarta Timur, seperti Winda, kini juga dilanda kekhawatiran.
Pasalnya, arahan pemerintah agar masyarakat menghindari keramaian tidak berlaku untuk mereka.
Sementara itu, rumah sakit tempatnya bekerja semakin ramai didatangi warga yang keluhkan sakit.
”Sekarang rumah sakit ramai banget. Masyarakat berbondong-bondong berobat, walaupun cuma demam ringan atau batuk pilek biasa. Masyarakat jadi lebih paniklah intinya,” ujar perempuan 28 tahun yang berprofesi sebagai bidan.
Meningkatnya jumlah kunjungan warga dan pasien yang ingin memeriksakan diri, menurutnya, tidak diimbangi dengan jumlah tenaga kerja.
Keadaan itu pun ditakutkan bisa berdampak pada penurunan imunitas hingga meningkatkan risiko sakit.
Apalagi, tempatnya bekerja tidak memberi arahan untuk mengurangi waktu kerja atau perubahan shift.
Walaupun kebijakan, seperti mewajibkan semua bidan dan dokter memakai masker dan menutup pintu akses untuk meminimalisasi pergerakan orang, diberlakukan rumah sakit.
”Aku jadi takut balik ke rumah, takut jadi pembawa penyakit buat keluarga karena pekerjaanku. Kalau untuk diri sendiri, sih, aku tawakal aja sama Allah, toh sudah konsekuensi dari profesiku,” imbuh warga Depok, Jawa Barat, tersebut.
Sejauh ini, Winda masih didukung keluarganya yang mau ikut menjaga kesehatan.
Ia pun aktif memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga di rumah, termasuk tetangganya di sekitar indekos tempatnya tinggal untuk sementara.
”Penduduk di sekitar sini (rumah sakit dan indekos) masih suka buang ludah atau reak sembarangan.
Anak-anak enggak pakai sandal. Kesadaran untuk perilaku hidup bersih dan sehat-nya jauh dari standar.
Ketika ketemu mereka, aku suka kasih tahu baik-baik tentang pendidikan kesehatan sambil bercanda,” imbuhnya.
Apresiasi
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengapresiasi kerja para tenaga kesehatan di seluruh dunia.
Melalui akun Twitter, Tedros menyampaikan rasa terima kasih kepada setiap tenaga kesehatan yang telah ”berperang” melawan Covid-19.
Menurut Tedros, para tenaga kesehatan telah melaksanakan tugas heroik.
Ia pun memahami krisis ini telah membuat adanya jarak dengan keluarga dan melebihi batas kemampuan mereka.
”Kalian (tenaga kesehatan ) berhak atas kekaguman kami, hormat kami, serta komitmen kami untuk melakukan segala yang bisa kita lakukan, untuk memastikan para tenaga kesehatan tetap aman dan dapat menjalankan tugasnya,” ujar Tedros.
Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng M Faqih mengatakan, keberadaan tenaga medis saat ini menjadi genting di tengah penularan yang masif.
Posisi tenaga medis, baik yang berada di rumah sakit maupun yang melakukan contact tracing dengan kerabat pasien, adalah kondisi paling rentan dalam rantai penularan.
Kondisi kesehatan tenaga medis pun semakin mengkhawatirkan setelah santer kabar dua petugas medis positif terjangkit Covid-19 di Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Saroso, Jakarta, Jumat (13/3/2020).
Menurut Daeng, kondisi penularan ini membuat jumlah tenaga medis kian terbatas.
”IDI saat ini tengah menyoroti jumlah tenaga medis yang kian berkurang. Kenyataannya, para petugas sedang kekurangan stok alat pelindung diri (APD). Selama rapat tadi sore, kami coba usulkan ke Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.
Kami minta agar persediaan APD, serta pelibatan tenaga medis dari berbagai lembaga rumah sakit bisa ditambah,” katanya.
Sekretaris Satuan Tugas Covid-19 dari PB IDI, Dyah Agustina Waluyo, menyampaikan, petugas medis saat ini pun tengah kewalahan karena seabrek penambahan pasien di sejumlah rumah sakit.
Baca Juga: Pernah Memotret Orang Secara Diam-diam? Awas, Anda Bisa Kena Denda Hingga Berujung di Penjara
Dari informasi yang dia himpun, sebagian rumah sakit belum menyiapkan skenario penambahan ruang isolasi apabila kasus melonjak.
Dyah menekankan, selagi tenaga medis ditambah, persediaan APD harus benar-benar siap.
Hal tersebut untuk mengantisipasi apabila lonjakan kasus meningkat dua kali lipat setiap minggu.
Keadaan di Indonesia, sudah terdapat 117 kasus Covid-19. Dari jumlah tersebut, 5 orang dinyatakan meninggal dan 8 orang berhasil sembuh.
Artikel ini pernah tayang di Bebas.kompas.id oleh Sharon Patricia/ Erika Kurnia/ Aditya Diveranta/ Insan Alfajri dengan judul "Mereka yang 24 Jam Berada di Garda Depan Memerangi Wabah Covid-19"
Penulis | : | Muflika Nur Fuaddah |
Editor | : | Muflika Nur Fuaddah |
KOMENTAR