National Geographic melaporkan, pada tahun 2014, sebuah teori baru tentang asal-usul virus itu menunjukkan bahwa penyakit tersebut pertama kali muncul di China.
Catatan-catatan yang sebelumnya belum ditemukan mengaitkan flu dengan pengangkutan pekerja Tiongkok, Korps Buruh Tiongkok, di Kanada pada tahun 1917 dan 1918.
Menurut buku Mark Humphries "The Last Plague" ( University of Toronto Press, 2013), para pekerja itu kebanyakan adalah pekerja pertanian dari daerah-daerah terpencil di pedesaan China.
Mereka menghabiskan enam hari dalam wadah tertutup rapat saat mereka diangkut di seluruh negeri sebelum melanjutkan ke Prancis.
Di sana, mereka diminta menggali parit, membongkar kereta, meletakkan rel, membangun jalan, dan memperbaiki tank yang rusak.
Secara keseluruhan, lebih dari 90.000 pekerja dimobilisasi ke Front Barat.
Baca Juga: Mandat Jokowi Hadapi Covid-19: Kerja, Belajar, Ibadah dari Rumah
Humphries menjelaskan bahwa dalam satu penghitungan 25.000 pekerja Tiongkok pada tahun 1918, sekitar 3.000 mengakhiri perjalanan Kanada mereka dalam karantina medis.
Pada saat itu, karena stereotip rasial, penyakit mereka disalahkan pada "kemalasan China" dan dokter Kanada tidak menganggap serius gejala pekerja.
Pada saat para pekerja tiba di Prancis utara pada awal 1918, banyak yang sakit, dan ratusan lainnya sekarat.
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR