Tampak ceria
Khusus Mona, cukup aneh, sebab kelihatannya tak ingin tampil seperti seorang narapidana.
Setiap persidangan berlangsung, ia pasti tampil ceria seolah tak ada penyesalan akan perbuatan kejinya.
Ia rajin tersenyum, bahkan berpose di depan kamera jurnalis.
Tampaknya perempuan kelahiran 1956 itu menikmati sorotan kamera, bak selebritas berpose untuk penggemarnya.
“Sepertinya saya punya banyak penggemar ya,” cetusnya.
Berbeda dengan kebanyakan narapidana lainnya, Mona juga selalu tampil glamor saat peradilan berlangsung.
Setiap persidangan, pakaiannya mahal dan berganti-ganti. Mona menikmati semua perhatian yang ditujukan kepadanya.
Rasanya hasrat Mona menjadi selebritas belum luntur. Tak eksis di panggung, di persidangan pun jadi.
Trio pembunuh itu sempat mengajukan banding ke pengadilan pada 1999, namun ditolak.
Hukuman gantung tetap menanti. Ditetapkan eksekusinya pada 2 November 2001.
“Aku tak akan mati”
Hari eksekusi tiba.
Pengakuan dari para pegawai penjara, beberapa hari sebelum Mona digantung mati, ia sering berkata bahwa ia tidak akan mati.
Sambil tersenyum penuh misteri, Mona mengucapkan kalimat itu berulang-ulang.
Delapan jam sebelum eksekusi mati, Mona dan Affandi diizinkan untuk bertemu dengan seluruh anggota keluarga mereka.
Diceritakan kalau Mona dan Affandi menghabiskan waktu-waktu terakhir itu dengan menasihati anak-anaknya.
Pasangan Mona dan Affandi memang punya banyak anak.
Sebab pernikahan keduanya bukan yang pertama, Bagi Mona, Affandi adalah suami ketiga. Sebaliknya, Mona adalah istri kedua Affandi.
Sebuah kelaziman peradilan Malaysia, sebelum tahanan menjalankan hukuman mati, mereka boleh mencicipi makanan kesukaan sebagai makanan terakhir.
Namun ketiganya menolak.
Bertemu dengan keluarga saja sudah cukup, katanya.
“Tumbuhlah menjadi anak yang baik, jaga diri baik-baik,” petuah Mona pada keluarga saat itu.
Ketenangan mereka sebelum eksekusi membuat banyak pegawai penjara keheranan juga.
Apalagi klaim Mona yang menyatakan ia tidak akan mati, masih terus meninggalkan tanda tanya bagi banyak orang.
Tidak sedikit yang menghubung-hubungkannya dengan sisi mistis.
Jumat subuh, tiang gantung untuk eksekusi trio pembunuh sudah menunggu.
Ketiganya kemudian diborgol dan dipakaikan penutup kepala.
Eksekusi itu disaksikan oleh sejumlah kecil penjaga penjara, petugas penjara, dan dokter penjara.
Mereka digiring menuju tiang gantungan. Mereka diminta naik ke penyangga kaki masing-masing.
Tali gantung diletakkan diletakkan di leher.
Tepat pukul 05.59 penyangga kaki ditarik, ketiganya jatuh dengan leher tergantung.
Mona menutup usianya 45 tahun, Affandi 44 tahun, dan Juraimi 31 tahun.
Sebelum diturunkan untuk diotopsi, ketiga jenazah itu dibiarkan menggantung selama satu jam di tiang gantungan.
Mona dan Affandi kemudian dimakamkan di salah satu pemakaman di Kajang pagi itu juga.
Sementara Juraimi, dibawa ke kampung halamannya di Klang dan dimakamkan di Telok Gong.
Artikel ini telah terbit di Majalah Intisari dengan judul “Kado Dari Langit Untuk Mazlan Idris”
Source | : | Majalah Intisari |
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR