Jika laju infeksi meningkat dengan sangat dramatis, warga miskin di negara ini hanya memiliki sumber dana sangat sedikit dan pilihan pengobatan terbatas untuk lindungi dari pukulan berat Covid-19.
Ariyo Irhamna, spesialis ekonomi kelas miskin di Institut Pengembangan Finansial dan Ekonomi (INDEF) in Jakarta mengatakan, "aku pasti berpikir warga miskin akan lebih terkena dampak karena kurangnya akses ke pengobatan, akses ke air bersih dan makanan sehat dibandingkan warga kelas menengah dan warga kelas atas."
"Kondisi hidup mereka sangatlah buruk."
Tingkat kemiskinan di Indonesia adalah sekitar 10 persen, atau sekitar 26 juta jiwa, jika berdasarkan angka garis kemiskinan yang ditetapkan pemerintah, yaitu pendapatan sebesar tiga belas ribu rupiah per harinya.
Namun, organisasi internasional telah lama mengatakan ada sekitar 100 juta keluarga dan warga Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan yaitu denga pendapatan sebesar dua puluh ribu rupiah per hari.
"Dari yang aku tahu dan sudah kulihat sendiri dahulu, selama mereka merasa masih kuat, warga miskin akan tetap bekerja walaupun mereka sakit, agar mereka mendapat uang dan bisa bertahan hidup, bahkan walaupun ada virus hidup di tubuh mereka," ujar Wardah Hafidz, koordinator kelompok advokasi Konsorsium Warga Miskin di Kota.
Toko kecil Hasib dan Khomsiah yang berukuran dua kali lipat rumah mereka berada di wilayah bernama Starling keliling, yang juga menjadi rumah beberapa pedagang asongan tradisional yang berkeliling dengan sepeda menjajakan kopi instan, teh, susu disertai dengan termos berisi air panas.
Ada juga yang menggunakan gerobak dorong untuk menjual air mineral, minuman kalengan dan rokok.
Penulis | : | Maymunah Nasution |
Editor | : | Maymunah Nasution |
KOMENTAR