Masalahnya, tidak seperti CDC Amerika yang berdiri sendiri, CDC China masih harus melakukan protokol dan menerima pendanaan dari Komisi Kesehatan Nasional, departemen di tingkat Kementerian yang juga mengatur kebijakan jumlah kelahiran di negara tersebut.
Xi Chen, seorang asisten profesor di Kesehatan Masyarakat Yale, menyebut jika CDC China hanyalah badan penelitian.
"CDC China adalah badan penelitian. Mereka hanya kabarkan laporan untuk membantu Komisi Kesehatan Nasional untuk tanggulangi wabah tersebut, tetapi mereka tidak memiliki kuasa untuk umumkan gawat darurat atau lakukan aksi melawan siapa yang sebarkan virus tersebut. Mereka juga tidak memiliki kuasa untuk memindahkan suplai medis atau anggota staff ke area lain di China.
"Pemerintah China dapat lebih proaktif untuk membuat investasi lebih besar di CDC China sehingga perbolehkan mereka pindahkan sumber daya yang lebih mumpuni ke daerah yang lebih terisolasi, demikian juga dengan suplai medis, serta agar mereka bisa memiliki kuasa umumkan kondisi gawat darurat dan bantu pemerintah lokal."
Walau China kelola pusat penanganan penyakit dengan jaringan terbesar di dunia, yaitu 3443 di tahun 2018, 60% dari jumlah itu ada di wilayah perkotaan.
Lebih buruk lagi, pendanaannya rupanya lebih rendah daripada badan yang ada di negara berkembang.
Dari tahun 2002 hingga 2005, investasi pemerintah di kantor CDC Cina dan fasilitas di seluruh negeri meningkat rata-rata 4,4 kali, sementara pembiayaan untuk peralatan meningkat 7,2 kali, menurut sebuah makalah penelitian yang ditulis oleh selusin kepala fasilitas CDC China lokal bersama dengan para sarjana dari Universitas Fudan di Shanghai.
Tetapi pada saat yang sama, pendanaan untuk biaya operasi CDC China hanya meningkat sekitar 40 persen.
Penulis | : | Maymunah Nasution |
Editor | : | Maymunah Nasution |
KOMENTAR