Ketika beberapa orang merasa stres, mereka cenderung lebih sering menyentuh wajah mereka. Ini dapat menyebarkan bakteri dan berkontribusi pada pengembangan jerawat.
Satu penelitian mengukur keparahan jerawat pada 22 orang sebelum dan selama ujian. Peningkatan tingkat stres akibat ujian dikaitkan dengan tingkat keparahan jerawat yang lebih besar.
Penelitian lain dari 94 remaja menemukan bahwa tingkat stres yang lebih tinggi dikaitkan dengan jerawat yang lebih buruk, terutama pada anak laki-laki.
Selain stres, potensi penyebab jerawat lainnya termasuk pergeseran hormon, bakteri, produksi minyak berlebih, dan pori-pori tersumbat.
2. Sakit kepala
Banyak penelitian telah menemukan bahwa stres dapat menyebabkan sakit kepala, suatu kondisi yang ditandai dengan rasa sakit di daerah kepala atau leher.
Satu penelitian dari 267 orang dengan sakit kepala kronis menemukan bahwa peristiwa stres mendahului perkembangan sakit kepala kronis pada sekitar 45% kasus.
Sebuah penelitian yang lebih besar menunjukkan bahwa peningkatan intensitas stres dikaitkan dengan peningkatan jumlah hari sakit kepala yang dialami per bulan.
Penelitian lain mensurvei 150 anggota militer di klinik sakit kepala, menemukan bahwa 67% melaporkan sakit kepala mereka dipicu oleh stres, menjadikannya pemicu sakit kepala paling umum kedua.
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | K. Tatik Wardayati |
KOMENTAR