Aktivasi berlebihan amygdala dengan sementara mematikan pemikiran rasional kita.
"Kita tidak bisa berpikir logis, dan mudah dipengaruhi oleh pemikiran kelompok, tindakan kita juga semakin irasional," ujar Chan.
Sementara itu Dr Sara Houshmand, psikolog konselor di Pusat Kesehatan Hong Kong, mengatakan jika dalam kondisi ekstrim, perilaku perlindungan diri ini seringnya menyugesti tindakan antisipasi berlebihan.
Pembelian latah dan panik juga memperkuat penilaian tidak akurat, meskipun hal tersebut memberi sensasi lega dan pengambil alihan kontrol, bertindak atas perilaku gelisah seringnya perkuat keyakinan jika saat itu kita sedang dalam bahaya.
Houshmand menyebut, "sebagian besar yang terlibat dalam perilaku ini sepakat jika tisu toilet tidak memiliki imunitas terkait virus corona. Sehingga seiring berjalannya waktu, perilaku perlindungan diri ini justru membuat orang semakin stress dan gelisah yang akan mengganggu psikologi masing-masing orang."
Professor Psikologi di Universitas Hong Kong, Dr Christian Chan, menyebut jika tingginya level kegelisahan di gelombang kepanikan dan latahnya para warga tunjukkan kurangnya kepercayaan dengan pemerintah.
"Pertanyaannya adalah dari mana sumber info itu, siapa yang kamu percaya, dan hal itu yang sering kita lihat dengan orang-orang panik akan hoax.
"Dalam sejarah, kepercayaan rakyat dengan pemerintah sudah tercatat rendah, orang-orang percaya pada mereka yang memberi mereka masker wajah baik itu seorang radikal maupun hanya seorang reporter. Pemerintah perlu meraih kembali kepercayaan orang-orang sehingga saat mereka bilang tidak ada lagi stok tisu toilet dan beras, orang dapat percaya."
Penulis | : | Maymunah Nasution |
Editor | : | Maymunah Nasution |
KOMENTAR