Jemma justru mulai menimbun makanan dan obat-obatan untuk setahun demi berjaga-jaga jika virus mematikan tersebut menimbulkan kekacauan di negaranya.
Selain mengisi lima pantry-nya dengan sekitar 50 kilo beras dan 50 kilo lentil, ia juga menyimpan obat-obatan, bahkan senjata (yang legal).
Putra Jemma sendiri memang menderita ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder), yaitu gangguan perkembangan dalam peningkatan aktivitas motorik anak-anak, yang membutuhkan obat.
Banyak perusahaan yang mengimpor obat-obatan dari Tiongkok, sehingga Jemma khawatir putranya akan kehabisan obat jika perbatasan tidak segera dibuka kembali.
"150 paket panadol, 150 paket aspirin, 150 paket Nurofen, antibiotik, dan perban, serta pompa asma," bebernya.
Meski merasa bahwa apa yang dilakukannya cukup berlebihan, namun ia tak mau ambil resiko dengan mempertimbangkan bahwa ia harus menjaga tiga anaknya.
Source | : | Mirror |
Penulis | : | Khaerunisa |
Editor | : | Khaerunisa |
KOMENTAR