Advertorial
Intisari-online.com - Pada tahun 1930, New York Times pernah menerbitkan sebuah artikel yang cukup fenomenal dan kontroversial.
Dia menulis sebuah artikel tentang seorang lelaki Tionghoa yang berusia 265 tahun, menikahi 23 istri dan memiliki 108 anak.
Tentu saja itu sangat mengejutkan mengingat rata-rata orang tertua hanya bisa hidup selama 1 abad lebih, dan semua orang tahu bahwa penuaan tidak bisa dihindari.
Menurut WHO, Jepang dan Swiss adalah negara dengan harapan hidup paling tinggi, rata-rata mereka memiliki usia 83.5 tahun.
Sementara tercatat resmi orang dengan usia terpanjang adalah seorang wanita asal Prancis bernama Jeanne Loise Calment, yang berusia 122 tahun.
Namun, sejarah mencatat ada pria yang berusia lebih dari dua aba, pria asal Tiongkok itu bisa hidup hingga usia 256.
Meskipun banyak informasi bertentangan, masih banyak yang cerita dan rumor yang menyebar kemana-mana bahkan majalah asing sekelah New York Times.
Menurut New York Times tahun 1930, nama pria Tiongkok yang berusia 256 tahun itu adalah Li Ching-Yuen.
Namun, usianya itu sedikit kontroversial karena tahun 1928, Profesor Wu-Chung Chieh dari Universitas Chendu menemukan dokumen ulang tahun Li Ching-Yuen.
Dalam dokumen tersebut tercatat bahwa Li berusia 150 tahun pada tahun 1927, tetapi ada catatan lain yang mengucapkan selamat ulang tahun ke-200 pada tahun 1877.
Berdasarkan beberapa catatan Li lahir tahun 1677 di Qijuan, Sichuan dan meninggal tahun 1933.
Dia adalah seorang sarjana pengobatan tradisional Tiongkok pada akhir masa Dinasti Qing.
Ayahnya adalah seorang petani yang sering minum obat.
Sebagai seorang dewasa, Li seperti ayahnya mulai melakukan perjalanan dalam usia 60 tahun, dan telah melewati setengah wilayah Tiongkok.
Dia mengumpulkan tumbuhan obat-obatan dan belajar tentang adat istiadat terutama kesehatan orang paruh baya dan lanjut usia.
Tahun 1759 Li berusia 72 tahun dia bergabung sebagai tentara dan pelatih seni bela diri.
Legenda mengatakan sepanjang hidupnya telah menikahi 23 istri dan memiliki 108 anak, dia sendiri dalam keadaan sehat dan jarang sakit.
Tahun 1927, shogun bernama Yang-sen dari Sichuan mengundangnya dan ingin tahu tentang rahasia umur panjangnya.
Li kemudian memberi tahu dalam 9 kata, "Duduk seperti kura-kura, berjalan seperti burung, tidur seperti anjing", dan pertahankan pola pikir yang damai.Dia menggambarkan faktor-faktor yang harapan hidup harus miliki dari empat aspek: duduk, berjalan, tidur dan psikologi.
Pada tahun 1928, Li juga menulis sebuah buku berjudul "Rahasia Keabadian".
Di dalamnya, ia berbagi rahasia lain yang membantunya mempertahankan umur panjang adalah berlatih qigong.
Dia menyebutkan metode "fleksibel, harmonis dan harmonis yin dan yang" untuk melatih dan mempraktikkan tiga kebiasaan:
1. Puasa untuk waktu yang lama.
2. Jaga agar pikiran tetap tenang.
3. Minumlah teh herbal sepanjang tahun.
Catatan sejarah menyebut, Li memiliki kebiasaan tidak minum alkohol, merokok, dan makan makanan enak.
Dia sering tidur lebih awal, dan tidurnya hanya memejamkan mata, menyentuh kedua tangan, berlutut dan tidak bergerak selama beberapa jam.
Sejauh cerita yang berkembang banyak yang meragukan usianya, tetapi para ahli percaya bahwa mempertahankan hidup sehat bisa memperpanjang usia, hingga kini usia 2 abadnya masih menjadi perdebatan.