Pendapat itu disusul beberapa teori lain. Ada yang eksentrik, memberikan inspirasi, mistis, dan ada pula yang berbau ilmiah.
Ahli ilmu fisika Prancis Jean Baptiste Biot tahun 1853 menyimpulkan Piramid Agung itu sebuah jam raksasa. Ide ini dibenarkan oleh David Davidson/insinyur sipil dari Rai Leeds, Inggris, dan temannya, Moses B. Costworth, dari Yorkshire.
Kiamat menurut Piramid Agung
Menurut kepercayaan kuno Mesir, kebahagiaan di alam baka sangat tergantung pada ketenangan jenazah. Karena itulah makam dirancang agar bertahan lama, dengan sejumlah lorong -rahasia untuk mengalangi masuknya pencuri kuburan.
Baca juga: Teori Konspirasi: 23 April, Bumi akan Kiamat karena Bertabrakan dengan Planet Nibiru!
Juga agar perjalanan jauh si almarhum menuju tanah roh tidak terhambat, kubur itu dilengkapi dengan makanan, minuman, permata, senjata, perahu pengorbanan, dan patung-patung yang mungkin akan hidup lagi.
Banyak yang mengatakan, piramid memiliki kekuatan misterius yang sulit dijelaskan. Struktur piramid itu sendiri katanya magnet yang menarik sinar-sinar kosmis. Ada juga yang mengatakan struktur piramid itu sumber tenaga listrik statis.
Banyak pula pengunjung piramid yang mendapat kesempatan melihat nasib mereka di masa datang.
Pengalaman semacam itu tak kurang dialami juga oleh tokoh besar Napoleon. Pada 12 Agustus 1799 ia mengunjungi ruang makam raja di dalam Piramid Agung. Beberapa saat setelah melewatkan waktu sendirian, Napoleon penakluk daratan Eropa, muncul dengan wajah pucat dan gemetar.
Ucapnya, "Aku tidak ingin semua ini muncul lagi." Dalam perjalanan hidup selanjutnya ia mengisyaratkan telah melihat masa depannya ketika di Piramid Agung.
Bahkan beberapa saat sebelum maut datang di St. Helena, ia nampaknya akan mengungkapkan rahasianya pada seorang pelayannya. Namun ia membatalkan, "Apa gunanya? . Kau toh tak akan percaya," ia beralasan.
Lain lagi pendapat anggota Institute of Pyramidology di London, yang yakin Piramid Agung secara tepat meramalkan masa depan manusia.
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR