Sayangnya, untuk peralatan, BIN masih tertinggal dengan lembaga intelijen negara-negara maju.
Toh, kata Tri Yoga, itu bukan masalah besar, terutama sejak peristiwa 9/11 atau runtuhnya gedung WTC di Amerika Serikat.
Teknologi intelijen yang memakai peralatan begitu canggih ternyata masih bisa “dibobol”.
Paradigma technology intelligence yang sempat dipuja-puja akhirnya runtuh dan digantikan paradigma human intelligence.
Pengembangan manusia menjadi prioritasnya.
Dunia intelijen memang penuh trik dan kerahasiaan.
Namun Tri Yoga berharap masyarakat tidak memandang intelijen sebagai musuh, seperti yang saat ini lazim terjadi.
“Kita bekerja untuk melindungi negara dan masyarakat. Bukan untuk kepentingan penguasa saja,” ujar Tri Yoga.
Selain itu, “Kita juga bukan orang-orang aneh, kita tetap manusia biasa,” tambah Adisiswanto.
Seleksi Ketat
Sistem perekrutan STIN cukup unik. Cara yang pertama adalah dengan meminta para kepala sekolah dari sekolah-sekolah yang telah ditentukan oleh BIN (tentunya yang unggulan) untuk memberikan rekomendasi siswa-siswi yang berprestasi.
Jika sekolahnya tidak termasuk yang dipilih BIN, cara kedua yang digunakan, yaitu orangtua mengajukan surat pendaftaran anaknya ke kepala BIN.
Jadi, seorang calon siswa tidak bisa mendaftar sendiri tanpa sepengetahuan orangtuanya.
Syarat serta ujian yang dilalui cukup ketat.
Berbagai tes inteligensia, kepribadian, dan fi sik harus dilewati.
Ketatnya seleksi ini bisa terlihat dari jumlah peserta yang diterima.
Meski STIN memiliki kuota mahasiswa hingga 93 orang, baru tahun ini mereka mampu memenuhinya.
“Sebelumnya hanya mampu mencapai 50-an orang karena hanya sejumlah itulah SDM yang kita anggap layak untuk masuk STIN,” tambah Tri Yoga.
Karakter Intelijen
Rasa ingin tahu yang tinggi menjadi salah satu karakter terpenting seorang intel.
Jika hal itu dilengkapi dengan ketelitian, keuletan, dan ketangguhan dalam mencari informasi, seorang intel akan mampu mengumpulkan informasi yang banyak dan penting.
Karakter penting lainnya adalah kejujuran dan kesetiaan.
Kejujuran sangat penting untuk menjamin kebenaran informasi.
Untuk menjamin kejujuran ini, BIN kadang melakukan cross check dengan mengirimkan beberapa orang untuk suatu tugas yang sama, tentunya secara terpisah.
Sementara faktor kesetiaan sangat berkaitan dengan perannya sebagai pencari sekaligus pemegang informasi penting negara.
Faktor kesetiaan dapat menjamin informasi yang dimilikinya tidak bocor ke pihak lain.
Untuk melengkapi karakter ini, maka diperlukan sikap kontrol diri yang tinggi.
Sehingga dia tidak akan tergoda dan mudah ditipu oleh pihak-pihak lain.
(Artikel ini pernah tayang di Majalah Intisari edisi Desember 2012)
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR