Seperti melalui kelas klandestin. Untuk menyembunyikan identitas, mereka kerap mengalihkan pembicaraan.
Dalam kondisi tertentu, bahkan bisa saja mereka berbohong dengan menyatakan dirinya kuliah di perguruan tinggi tertentu.
“Bohongnya ‘kan white lies, untuk tujuan yang baik,” tutur Wahyudi.
Keluarga juga memiliki peran penting dalam menyembunyikan identitas.
Mereka sadar bahwa kerahasiaan pendidikan penting untuk pekerjaan dan keselamatan anak mereka.
Praktik menyembunyikan identitas juga dilakukan beberapa anggota BIN lainnya, terutama mereka yang memang berperan sebagai agen operasi.
Nama mereka tidak akan ada dalam daftar pegawai BIN.
Ketika bertugas menggunakan identitas lain.
Tentunya setelah bersepakat dengan orang atau lembaga yang identitasnya “dipinjam”.
Mereka juga kerap nebeng dengan para pekerja dari profesi lain. Misalnya wartawan.
Saat wartawan yang asli meliput suatu peristiwa, bisa saja agen yang berperan sebagai wartawan ikut serta.
“Meski sama-sama di lokasi, fokus yang dia cari pasti berbeda. Sehingga produk (baca: laporan) yang dihasilkan juga berbeda. Bisa dibilang kita ngumpulin off the record-nya,” ujar Wahyudi.
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR