Angka tersebut lebih tinggi sekitar 88 persen dibandingkan dengan rata-rata tingkat harapan hidup dari kemoterapi yang hanya mencapai 14,2 bulan.
Sebuah pencapaian yang sangat baik dalam dalam hal penanganan kanker.
Selain itu, pasien yang menjalani terapi imuno onkologi tidak akan mengalami efek samping seperti kerontokan rambut.
Di Indonesia, metode pengobatan imuno onkologi untuk kanker paru masih diperuntukkan bagi penderita kanker stadium empat atau setelah pengobatan lini pertama, seperti pembedahan dan kemoterapi yang belum berhasil mengalahkan sel kanker penderita.
Kepala Divisi Hematologi-Onkologi Medik, Departemen Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Gadjah Mada (UGM), dr. Johan Kurnianda, SpPD, KHOM, FINASIM, menjelaskan pada prinsipnya imuno onkologi adalah suatu konsep pengobatan yang mengandalkan kemampuan dari sistem kekebalan tubuh atau sistem imun dalam melawan benda asing.
Saat ini, pengobatan imuno onkologi yang telah banyak dipakai adalah check point inhibitor.
Jenis kanker yang terbukti bisa dilakukan terapi imuno onkologi adalah kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK) atau non-small cell lung cancer (NSCLC).
Dr. Johan melanjutkan, menurut penelitian yang dilakukan oleh para ahli onkologi, tingkat kematian yang dialami oleh penderita kanker paru cukup besar, yakni mencapai 90 persen.
Penulis | : | Maymunah Nasution |
Editor | : | Maymunah Nasution |
KOMENTAR