Haiku, di sisi lain, adalah bentuk puisi yang menggunakan ekspresi sederhana untuk menyampaikan emosi yang mendalam kepada pembaca.
Kedua kelas mengajarkan anak-anak untuk menghormati budaya mereka sendiri dan tradisi yang telah ada sejak berabad-abad lamanya.
7. Tingkat kehadiran sekolah di Jepang adalah sekitar 99,99%
Sudah bukan hal yang aneh bila kita pernah tau atau justru pernah membolos sewaktu kita sekolah.
Namun, siswa Jepang tidak pernah membolos, jugajarang sekali terlambat ke sekolah.
Selain itu, sekitar 91% siswa di Jepang melaporkan bahwa mereka tidak pernah mengabaikan apa yang diajarkan oleh guru.
Wah, di sekolah negara lain saja ada kejadian guru dipukul siswanya (dan bukan menjadi sebuah rahasia lagi).
(Baca Juga: Orang-orang Ini Mengulang Foto Orangtuanya, Keren Banget! Bisa Kita Tiru Lho)
8. Satu tes untuk memutuskan masa depan siswa
Pada akhir sekolah menengah atas, siswa Jepang harus mengikuti ujian yang sangat penting yang menentukan masa depan mereka.
Seorang siswa dapat memilih satu perguruan tinggi yang ingin mereka tuju, dan perguruan tinggi itu memiliki persyaratan skor tertentu.
Jika seorang siswa tidak mencapai nilai itu, mereka mungkin tidak masuk perguruan tinggi.
Persaingan sangat ketat, hanya 76% lulusan sekolah yang melanjutkan pendidikan mereka setelah sekolah menengah atas.
Tidak mengherankan bahwa periode persiapan masuk ke lembaga pendidikan tinggi dijuluki 'neraka ujian'.
9. Tahun kuliah adalah 'hari libur'
Setelah melewati 'ujian neraka,' siswa Jepang biasanya mengambil sedikit istirahat.
Di negeri ini, perguruan tinggi sering dianggap sebagai tahun terbaik dalam hidup seseorang.
Kadang-kadang, orang Jepang menyebut periode ini sebagai 'liburan' sebelum bekerja.
Sangat menarik ya sistem sekolah di Jepang ini.
Apa Anda berminat untuk bersekolah di negeri Sakura ini? (Adrie P. Saputra)
(Baca Juga: Demi Mencapai Pencerahan Sempurna, Para Biksu Jepang Melakukan Pertapaan dan Mengubah Dirinya Menjadi Mumi)
Source | : | brightside.me |
Penulis | : | Editorial Grid |
Editor | : | Editorial Grid |
KOMENTAR