Pada 1 Januari 2020, Huang diduga menderita pneumonia di Rumah Sakit Union, kota Wuhan, Cina.
Lalu, ia dirujuk ke Rumah Sakit Jinyintan, di mana tempat sebagian besar pasien virus Corona dirawat dan dikarantina.
"Para petugas medis tidak memaparkan satu inci pun kulit dan terbungkus rapat," tambahnya ketika menggambarkan situasi di dalam bangsalnya.
Lebih lanjut, petugas rumah sakit atau perawat medis berperilaku ramah, berdedikasi, dan pekerja keras.
Saat ia sakit, ia mengaku susah menggerakkan tubuhnya dan harus menghirup oksigen terus-menerus.
Peneliti Hong Kong Klaim Temukan Vaksin Corona
Para peneliti Hong Kong mengklaim berhasil menemukan vaksin untuk virus corona.
Namun, masih dibutuhkan waktu untuk menguji hasil temuannya tersebut.
Ketua departemen penyakit menular di Universitas Hong Kong (HKU), Profesor Yuen Kwok-yung, mengatakan timnya memproduksi vaksin tersebut dari virus corona yang diisolasi dari kasus pertama.
"Kami sudah mengembangkannya. Namun butuh waktu sebelum diujicobakan ke binatang," kata Profesor Yuen dilansir SCMP via Asia One Rabu (29/1/2020).
Dia menjelaskan, butuh waktu setidaknya berbulan-bulan untuk dicoba ke hewan, dan setahun ke manusia sebelum benar-benar bisa digunakan.
Peneliti HKU mengembangkan obat untuk patogen berkode 2019-nCov itu berdasarkan vaksin semprot hidung untuk influenza yang sebelumnya sudah ditemukan.
Ilmuwan memodifikasi vaksin tersebut dengan mencampurkan antigen virus, di mana nantinya obat itu tak hanya ampuh menangkal flu, tapi juga corona.
Hingga Selasa (28/1/2020), Hong Kong baru mengonfirmasi delapan kasus positif, di mana 78 orang lainnya masih berada dalam level terduga.
Media China sempat memberitakan pakar setempat, Li Lanjuan, sempat menyatakan vaksin untuk virus Wuhan tengah dikembangkan, dan bisa diproduksi dalam waktu sebulan.
Namun, Yuen meragukannya.
Dia memprediksi obat yang dikembangkan kemungkinan menggunakan virus tak aktif, yang sudah dihancurkan secara kimia.
Yuen menjelaskan, dia perlu menyuntikkan obat yang mereka kembangkan ke binatang yang akan mengembangkan sistem kekebalan tubuh khusus.
Setelah itu, peneliti akan mengujinya dengan memaparkan si hewan percobaan ke virus untuk melihat apakah dia terlindung dengan baik.
"Jika ternyata vaksin itu ampuh di sejumlah spesies, maka akan dilakukan uji coba klinis ke manusia, yang butuh waktu setidaknya setahun," paparnya.
Dia juga mengaku khawatir langkah yang dilakukan pemerintah China daratan malah bisa menimbulkan kebingungan atau peluang penyakit baru.
Ilmuwan Australia Berhasil Duplikat Virus Corona
Sejumlah ilmuwan di Australia menjadi yang pertama dalam membuat tiruan virus corona baru di luar China. Mereka menyebutnya "terobosan penting".
Hasil penelitian ini akan dibagikan kepada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dengan harapan dapat membantu upaya diagnosa dan menangani virus tersebut.
Para ilmuwan di China sebelumnya telah berbagi runutan genom virus corona yang baru, namun bukan virus itu sendiri.
Para peneliti di sebuah laboratorium khusus di Melbourne, Australia, menyatakan berhasil mengembangkan duplikat virus corona baru dari seorang pasien yang tertular. Mereka mendapatkan sampelnya pada Jumat (24/01) lalu.
"Kami merancang rencana jika ada insiden seperti ini bertahun-tahun lalu dan itu sebabnya kami bisa mendapat jawaban begitu cepat," kata Dr Mike Catton dari Peter Doherty Institute for Infection and Immunity.
Harapan untuk mengubah keadaan
Para dokter mengatakan duplikat virus yang ditemukan para peneliti dapat berfungsi sebagai "materi kontrol" dan "bakal mengubah keadaan untuk kepentingan diagnosis".
Berkat duplikat virus ini, para dokter bisa mengembangkan tes pra-diagnosis yang bisa mendeteksi keberadaan virus pada orang-orang yang belum menunjukkan gejala apapun.
Artikel ini telah tayang di tribun-medan.com dengan judul Di Tengah Kengerian Virus Corona, Inilah 3 Kabar Gembira yang Bisa Membuat Kita Menghela Nafas
Source | : | Tribun Medan |
Penulis | : | Afif Khoirul M |
Editor | : | Afif Khoirul M |
KOMENTAR