Mengembalikan wajah kota tua
Gedung yang beroperasi sebagai apotek hingga 1957 ini jadi salah satu gedung pertama yang direvitalisasi.
Ukuran yang relatif kecil ketimbang gedung-gedung heritage lain jadi pertimbangan awal.
Di samping itu, bangunannya juga belum hendak roboh, tidak seperti beberapa gedung lain.
Struktur atap asli bahkan masih terlihat di bangunan ini.
Anneke Prasyanti, Project Manager JOTRC kala itu menuturkan, pilihan struktur kuda-kuda memang ngetren pada masa berdirinya bangunan apotik.
Bentuk atapnya cocok diaplikasikan di negara tropis.
Baca Juga: Tersembunyi di Hutan Tropis, Inilah El Tajin, Kota Hilang yang Dihuni Masyarakat Misterius
Sirkulasi udara jadi bagus karena struktur atap kuda-kuda yang tinggi menjaga hawa dalam ruangan tetap sejuk.
Udara panas mengalir lewat kisi-kisi genteng merahnya.
Kendati demikian, Anneke bercerita, revitalisasi bangunan ini jadi salah satu yang tersulit.
Karena meski bangunannya sendiri tidak seberapa besar, namun bentuknya sudah berubah dari gedung aslinya dulu.
Sebelum direvitalisasi, gedung kondisinya terbengkalai.
Padahal gedung dua lantai itu masih difungsikan sebagai ruko oleh beberapa orang.
Pernah pula satu bangunan disekat-sekat menjadi lima toko.
Baca Juga: Siapa Sebenarnya Tionghoa Peranakan?
Bagian dalam bangunan pun sudah mengalami banyak perubahan.
Area yang seharusnya jendela, ditambal batu bata untuk membuat sekat.
"Bentuknya sudah sangat aneh. Padahal kami riset, bangunan utamanya ada di hook dan lebar," ujar Anneke.
Anneke bercerita, perubahan bentuk gedung juga disebabkan adanya pelebaran jalan.
Berdasarkan hasil riset, setidaknya sepertiga bangunan sudah hilang.
Luas gedung yang awalnya 400 m2 tinggal 218 m2 akibat pelebaran jalan.
Karena tidak diketahui bentuk aslinya, tim arsitek harus nge-plot ulang kondisi dalam bangunan.
Kolom-kolom yang ditambahkan pemilik-pemilik baru gedung membuat mereka kian sulit mereka ulang.
Dokumentasi bangunan juga tidak memadai.
Source | : | Majalah Intisari |
Penulis | : | Trisna Wulandari |
Editor | : | Ade S |
KOMENTAR